Saturday, December 24, 2016

Apa Guna Keluh Kesah

Apa guna keluh kesah
Apa guna keluh kesah
Pramuka tak pernah bersusah
Apa guna keluh kesah

Sebuah lirik lagu sederhana yang selalu saya ingat ketika melihat adik-adik saya sedang menghadapi kesulitan.

Sungguh jadi sedih karena jika dirunut ke belakang, ulah kitalah orang-orang dewasa, yang membuat mereka menanggung banyak kesulitan.

Kita bisa melihat seiring bertambahnya usia bumi, mengapa kondisi alam dan isinya malah semakin memburuk?

Mengapa begitu sulit mengesampingkan perbedaan suku, agama, ras, kemudian duduk bersama membicarakan persamaan-persamaan kita, mencoba mencari solusi untuk menjadikan dunia yang lebih baik?

Apakah ini yang ingin kita wariskan kepada anak cucu kita?

Aneh sekali kelakuan kita manusia, yang malah sibuk saling menyakiti satu sama lain, bukannya bekerja sama memimpin bumi agar damai dan sejahtera.

Tampaknya betul kata Baden Powell, segala permasalahan di muka bumi ini adalah akibat dari keegoisan manusia.

Tapi mohon maaf, saya sendiri pun tidak memberikan contoh yang baik. Entah berapa banyak kesalahan yang sudah saya lakukan. Juga banyak perkataan yang telah membuat sakit hati. Utang-utang. Sering terlambat. Tindakan-tindakan yang merusak keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Dan yang akan jadi korban tentu orang-orang terdekat dan para generasi penerus.

Lalu apa solusinya? Bisakah kita kembali ke titik awal? Memulai perubahan untuk memperbaiki keadaan?

Baden Powell merumuskan solusinya dengan sangat ringkas: Setiap hari berbuat kebaikan.

Cukup satu kali saja. Berbuat kebaikan apa pun bentuknya. Setiap hari. Kondisi dan situasi boleh jadi menyudutkan kita, membuat kita ingin menyerah saja, tapi bukankah sudah jadi fitrahnya manusia ingin berbuat kebaikan? Jadi ingatlah untuk selalu berbuat kebaikan. Niatkan untuk beribadah, bukan untuk mendapatkan pujian atau imbalan. Maka sifat egois, mementingkan diri pribadi/golongan akan hilang.

Janganlah menunda-nunda, bukankah kita diajarkan agar berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan?

Karena cukup satu kebaikan saja, asalkan dilakukan setiap hari, maka dunia akan jadi lebih baik. Nah, kebaikan apa yang sudah kau lakukan hari ini?

#cintaalamdankasihsayangsesamamanusia

Friday, October 21, 2016

Deep Web


Dunia internet memang ajaib. Ketika semua serba open source dan privasi jadi prioritas, muncullah TOR project. Sebuah proyek nirlaba yang mengkhususkan diri untuk menciptakan jaringan yang bebas dan menjaga privasi para penggunanya. Berintikan browser firefox, TOR browser menjadi salah satu sarana untuk menjelajah deep web dan dark web. Tempat-tempat terdalam dan gelap yang tidak terindeks oleh mesin pencari Google.

Analoginya itu seperti gunung es. Website-website yang bisa kita akses lewat browser biasa seperti chrome, firefox, internet explorer, dll adalah surface web, puncak gunung es yang tampak di atas permukaan laut, karena website-website tersebut berupa tautan yang bisa kita klik/kunjungi kapan saja selama ada akses internet dan browser. Sisanya, bagian terbesar gunung es yang ada di bawah permukaan laut, adalah deep web. Isinya merupakan penopang surface web, yang berupa database, password, informasi keuangan, dan sebagainya. Sementara dark web adalah bagian kecil dari deep web yang berisikan hal-hal illegal, dari mulai pembajakan, narkotika, hingga penjualan senjata.

Saat mencoba tor browser, terlihat keren sekali terutama karena bisa mengubah ip address dan membuat kita seolah-olah berada di negara lain.

Lalu kemudian muncullah bitcoin. Dengan munculnya bitcoin—mata uang digital, transaksi keuangan sekarang bisa dilakukan secara anonim. Ia bahkan memiliki pasar keuangan (trading) tersendiri. Ada dua sisi yang menarik. Dengan adanya bitcoin transaksi keuangan di dunia maya jadi sangat aman dan praktis. Dan secara konsep sangat revolusioner karena menghilangkan banyak biaya dibandingkan dengan apabila kita bertransaksi menggunakan kartu kredit atau kartu debit. Namun sisi yang lainnya, bitcoin sangat rentan digunakan untuk transaksi illegal. Karena semua transaksi berlangsung anonim dan terenkripsi dengan canggih.

Kemajuan teknologi tampaknya akan semakin bergerak eksponensial. Tidak mungkin kita hindari. Saat ini kita dalam posisi semakin bergantung terhadap internet. Kini kita berbagi banyak hal, bertransaksi jual-beli, meng-upload foto, dokumen, semua lewat internet. Semua itu sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Tak lama lagi kita akan membutuhkan internet seperti kita membutuhkan listrik.

Oleh karena itu sudah saatnya pendidikan berinternet dengan aman masuk ke dalam kurikulum sekolah-sekolah. Ada beberapa kata kunci yang penting yang menjadi perhatian: tanpa batas, semua terkoneksi, tidak aman, dan terus berkembang.

Hal pertama yang perlu dilakukan, cobalah hal berikut: Googling nama sendiri. Jika muncul data-data sensitif seperti alamat rumah, nomer telepon, nomer identitas, atau nomer rekening. Hal tersebut adalah pertanda. Betapa tidak amannya kita, karena kealpaan kita sendiri dalam berinternet.

Sumber:
Deep web: https://brightplanet.com/2014/03/clearing-confusion-deep-web-vs-dark-web/
Bitcoin: https://bitcoin.org/en/faq
Tor project: https://www.torproject.org

Saturday, October 15, 2016

Bermimpi

Pernahkah kau memimpikan hal yang sama terus-menerus?

Membuatmu penasaran sekaligus khawatir?

Apakah ada sesuatu terjadi pada alam bawah sadar kita?

Apakah terjadi sesuatu pada diri kita atau orang lain?

Bagaimana jika yang kita mimpikan berulang-ulang itu mimpi yang menyeramkan? Seperti didatangi wujud yang sama berulang, atau jatuh berulang, atau mati berulang.

Menurut berbagai keterangan, hal tersebut bisa jadi pertanda sesuatu. Secara metafisik kekhawatiran kita dapat mengundang hal-hal buruk menghampiri kita.

Mengenali pertanda, adalah hal yang termasuk bawaan dari otak manusia. Rasa takut dan cemas lambat laun menjadi stress yang kemudian membangkitkan alam bawah sadar kita dalam bentuk yang berbeda-beda. Salah satunya lewat mimpi. Salah lainnya lewat ketidakstabilan emosi.

Bahkan pada beberapa kasus mimpi itu sangat detail dan nyata, hingga perlu waktu ketika kita terbangun, apakah ini dunia mimpi atau nyata?

Mengenali pertanda bukan untuk menambah kecemasan, namun lebih untuk dijadikan kewaspadaan. Banyak pula cerita terkait arti mimpi. Para Nabi pun mengalaminya. Tafsir mimpi kini memang tidak begitu populer. Namun, banyak kisah diceritakan mengenai mimpi-mimpi tersebut. Seperti kalau mimpi ada teman yang meninggal maka teman tersebut akan panjang umur. Jika mimpi menikah maka akan terjadi jika musibah, dan lain sebagainya.

Saya selalu tertarik pada cerita orang-orang yang pernah bermimpi kemudian menjadi kenyataan. Baik itu mimpi buruk ataupun mimpi baik. Seperti kisah Nabi Yusuf a.s. yang menafsirkan mimpi Raja Qithfir.

Sang Raja bermimpi bahwasannya dia melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk di makan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan dilihatnya pula tujuh butir gandum yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering.

Nabi Yusuf a.s. menguraikan mimpi Raja: “Negara akan menghadapi masa makmur, subur selama tujuh tahun, di mana tumbuh-tumbuhan dan semua tanaman gandum, padi dan sayur-mayur akan mengalami masa panen yang baik yang membawa hasil makanan berlimpah-ruah."

“Kemudian masuk musim kemarau selama tujuh tahun berikutnya di mana Sungai Nil tidak memberi air yang cukup bagi ladang yang kering, tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama sedang persediaan bahan makanan, hasil panen selama masa subur sudah habis di makan.” Akan tetapi, Nabi Yusuf a.s. melanjutkan keterangannya, setelah mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan tibalah tahun basah di mana hujan akan turun dengan lebatnya menyirami tanah yang kering dan kembali menghijau menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang lezat."

Maka jika tafsiran ini menjadi kenyataan, Nabi Yusuf a.s. berkata: “Seharusnya kamu menyimpan baik-baik apa dihasilkan dalam tahun-tahun subur serta berhemat dalam pemakaiannya untuk persiapan menghadapi masa kering, agar supaya rakyat terhindar daripada bencana kelaparan dan kesengsaraan.”

Tafsir yang akurat dari Nabi Yusuf a.s. menyelamatkan kerajaan kala itu.

Dalam sains modern, mimpi masih menjadi misteri yang belum terungkap. Sebuah penelitian memperlihatkan cara kerja otak kita melihat visual mimpi, persis sama dengan cara otak kita melihat di kehidupan nyata. Bahkan kini mengendalikan mimpi jadi trend yang banyak tutorialnya. Kita bisa mengatur mau mimpi apa hingga bisa melihat diri kita sendiri yang tengah tertidur.

Apa alasan sesungguhnya kita bermimpi tampaknya akan terus menjadi misteri. Pengalaman saya pribadi kadang mimpi hal yang sama dan berulang, hingga membuat prasangka sesuatu akan terjadi. Namun sisanya hanyalah bunga mimpi yang kadang indah dan kadang tidak.

Pada akhirnya yang terpenting adalah kualitas tidur itu sendiri. Selamat beristirahat, semoga mimpi indah, dan jangan lupa berdoa.

Saturday, October 1, 2016

Belahan Jiwa (2)

"Kenapa abah mau nikah sama Ambu?" Sebuah pertanyaan yang diajukan istriku lima tahun yang lalu yang sampai saat ini masih belum bisa saya jawab dengan betul. Tidak cantik, lebih tua, dan tidak-tidak yang lainnya, jadi alasan istriku bertanya.

Walaupun saya banyak mempunyai tidak-tidak yang sama, tidak ganteng, lebih muda, dan tidak-tidak yang lainnya. Pertanyaan yang serupa pun muncul, kenapa istriku mau menikah denganku?

Lima tahun menikah dan saya masih tidak tahu. Mungkin memang tidak akan pernah bisa saya jawab. Tapi seperti limit dalam matematika, hal tersebut bisa didekati.

Dapatkah saya mendefinisikan cinta?

Dengan limit, artinya kita harus melakukan pendekatan dari kanan dan kiri, jika ia bisa didekati dari kanan dan kiri, serta jika ia memiliki hasil yang sama, maka limit tersebut artinya ada.

Dengan cinta pun demikian, dari segala perbedaan, pasti ada persamaan-persamaan. Dan yang menarik adalah persamaan-persamaan ini muncul seiring waktu. Bisa dalam bentuk hal yang memang sama persis, atau hal-hal lain yang diterima apa adanya oleh keduanya.

Mungkin sewaktu awal, yang dilihat adalah yang indah-indahnya saja. Karena memang begitulah adanya. Tapi waktu selalu menyadarkan kita, bahwa tidak mungkin indah terus. Akan ada masa sakit, sakit pinggang terutama, kemudian muncul uban dan keriput, juga tangisan ditinggalkan keluarga terdekat.

Konflik pasti akan selalu muncul, dari mulai cucian, makanan, berita tv, hingga urusan anak.

Saya ingat sebelum menikah, uwa almarhum (kakak dari ayah saya) membuat hitung-hitungan berdasarkan nama dan tanggal lahir saya dan istri. Hasilnya keluarga kami insya Allah harmonis, tapi hati-hati akan sering besar pasak daripada tiang, katanya. Saya mengangguk-angguk, menghormati kebijaksanaan beliau. Dan benar, sampai saat ini selalu ada kejadian di keluarga yang membuat keuangan jadi besar pasak daripada tiang.

Toh saya dan istri tidak pernah ragu. Walau ia sering juga khawatir, selain masalah keuangan, juga karena saya seperti jadi bujangan lagi kalau meninggalkan rumah. Senang melihat yang ayu-ayu.

Dari mulai lamaran, hingga kini punya anak, kami tidak ragu. Semua perbedaan serta konflik selalu bisa dibicarakan. Istriku kadang juga menangis, kesal dengan saya. Gak ngerti-ngerti aja, katanya. Saya pun sering kesal dengan diri saya sendiri. Memang kerap terjadi saya gagal paham akan perasaan istri sendiri.

Jadi cinta bagi saya memang sulit untuk didefinisikan. Istriku mungkin melihat sosok pemimpin pada diri saya. Sementara saya melihat, sosok wanita perkasa, yang tangguh, dan 'hot', yang akan jadi seorang istri sekaligus ibu yang baik.

Untuk saya cinta adalah kompromi. Kompromi antara harapan dan kenyataan. Saat harapan mendekati satu titik yang sama dari kanan, dan kenyataan mendekatinya dari kiri. Titik yang sama yang dilihat saya dan istri.

Titik-titik tersebut muncul sepanjang perjalanan hidup.

Saya menikahi Ambu, karena saya ingin melihat titik-titik kehidupan bersama Ambu saja.

Saturday, September 24, 2016

Belahan Jiwa

Hari Senin tanggal 19 hingga Kamis tanggal 29 September, istri saya berangkat ke Bogor bertugas untuk PON, ditugaskan untuk jadi announcer cabang olahraga atletik. Artinya 11 hari saya mesti full bersama putra saya, yang baru berusia dua tahun, 24 jam penuh.

Hari ini persis 6 hari, saya bersama putra saya bekerja sama, berusaha lebih memahami satu sama lain, dan saling mengisi kekosongan tokoh ibu sekaligus istri.

Bersyukur saya bekerja di tempat yang mengijinkan saya membawa putra saya. Tentunya dengan segala pertimbangannya.

Hari Senin, jadi hari paling seru. Tampak berat istriku meninggalkan putranya bersama saya yang seringkali kurang perhatian. Lebih fokus pada yang lain seperti gawai, dibanding dengan anaknya sendiri. Ia jadi sangat khawatir, gimana nanti makannya? Gimana kalau sakit? Gimana nanti tidurnya? Dan seterusnya.

Jadi panik, karena mestinya ia baru berangkat hari Kamis/Jumat bukan Senin. Rencana persiapan pun jadi berantakan.

Ditambah adikku yang bisa bantu, sakit, juga karena PON. Mengurus pembukaannya.

Alhasil dengan nekat saya bawa putra saya ke sekolah. Jalan kaki, naik turun angkot, jalan lewat jembatan penyeberangan, hingga akhirnya tiba di sekolah.

Sejak pamit dengan ibunya, putraku terus menempel seperti perangko. Di tinggal sebentar langsung mencari. Tapi ajaib, siang hari ia bisa tidur, malam juga bisa. Tanpa rewel berlebihan. Padahal biasanya harus dengan air susu ibunya.

Rasa syukur, terus hadir. Bantuan dari sesama kakak, teman-teman di kelas, kakek dan tantenya, meringankan sangat beban ini.

Saya tahu tugas ibu itu berat. Sekarang saya bisa memahami, bagaimana rasanya mengurus anak sendiri, sekaligus mencari nafkah sendiri.

Baru 6 hari, saya sudah mulai flu. Kondisi cuaca juga kurang mendukung. Setiap sore, pulang sekolah, naik angkot menuju stasiun kereta api, sering diiringi hujan deras. Walau sudah bawa jas hujan, tetap saja basah dan lelah, adalah kombinasi yang selalu berhasil membuat flu.

Masih sisa lima hari lagi. Saya masih bisa menghitung sisa hari. Bagaimana dengan mereka yang belahan jiwanya sudah tidak ada? Apa yang di hitung?

Untuk para single parent, ini memang berat, dan efeknya akan selalu muncul pada diri anak. Jangan pernah malu untuk meminta bantuan. Semoga Tuhan selalu melindungi.

Saturday, September 10, 2016

Membalikkan Waktu

Saya sangat tertarik dengan teori time travel, menjelajah waktu, bahwa kita bisa kembali ke masa lalu melalui lubang cacing, bahwa alam semesta itu tidak satu, tapi multiverse. Sangat menakjubkan apabila kita dapat kembali ke masa lalu. Kemudian teori big bang, penciptaan alam semesta, betapa kita hanyalah setitik debu di dalam penciptaan tersebut. Lalu berbagai teori tentang bumi dan manusia, yang tak kalah menakjubkannya.

Begitu banyak misteri, namun begitu sedikit waktu yang dimiliki. Lucunya saat beranjak dewasa, ketertarikan itu sedikit demi sedikit memudar, satu per satu penyesalan datang, karena ternyata kehidupan orang dewasa begitu berbeda dengan bayangan saat masih sekolah dulu.

Buat apa sekolah? Jika ternyata hanya untuk jadi pekerja yang tidak sesuai dengan panggilan jiwanya. Hilanglah keseimbangan antara mind, body, and soul. Setiap hari melakukan aktivitas yang sama yang menjemukan hingga akhirnya segala kemampuan dan kreativitas terpendam dalam-dalam.
Buat apa sekolah? Sekolah hanya jadi tempat menciptakan robot-robot penurut, manusia pekerja, yang bekerja tidak sesuai dengan kemampuan dan passionnya. Manusia penakut, yang dinilai berdasarkan hasil akhir, yang penting dapat nilai bagus tak peduli itu hasil mencontek/menyuap.
Buat apa sekolah? Karena manusia pekerja tidak membutuhkan banyak kreativitas, semua sudah ada SOP-nya, cukup ikuti standar baku yang ada, persis seperti robot. Dan perusahaan akan mendapatkan hasil standar.

Kita butuh mesin waktu, untuk memperbaiki carut-marut pendidikan di negara Indonesia ini. Begitu banyak salah kaprah menyedihkan, yang semestinya bisa diperbaiki dari saat menginjak bangku sekolah.

Setiap anak adalah makhluk unik yang memiliki kemampuan dan passion yang berbeda-beda. Tugas sekolah semestinya menggali itu dan memolesnya hingga seorang anak dapat memaksimalkan dirinya.

Tidak ada sistem pendidikan yang sempurna, tapi kita dapat terus mendekati kesempurnaan itu.
Pengalaman saya di dalam dunia kepramukaan, sejak tahun 1995 hingga sekarang, memperlihatkan permasalahan yang dihadapi anak-anak pada umumnya sama. Tetapi tantangan anak-anak sekarang lebih berat, dan akan semakin berat.

Tantangan utama adalah semakin tipisnya batas-batas informasi di seluruh dunia. Semua begitu terhubung, hingga bahkan anak TK pun sudah mengerti internet. Dulu kasus pornografi dimulai kebanyakan masa SMA, saat ini anak SD pun sudah mulai paham.

Kondisi saat ini membuat anak-anak begitu tertekan dengan banyaknya berita-berita negatif, bagaimana jadinya kalau seorang anak bercita-cita ingin jadi seorang koruptor?

Tidak mungkin kita menutup gencarnya informasi yang datang tersebut. Barangkali di rumah dapat dikendalikan, tetapi siapa yang dapat mengendalikan ketika jauh dari orang tua atau gurunya. Karenanya suatu sistem pendidikan yang menyeluruh harus dibuat agar anak memiliki pemahaman yang dapat menjadi benteng bagi dirinya sendiri dari hal-hal negatif.

Tantangan berikutnya adalah sulitnya orang tua untuk memberi waktu yang cukup untuk anak-anaknya. Orang tua yang berharap hanya pada sekolah untuk membuat anak mereka menjadi anak yang baik budi dan pendidikannya tidak menyadari bahwa pendidikan berawal dari rumah. Peran serta orang tua sangat penting terutama dalam pembentukan karakter anak. Disiplin diri, mandiri, etika, dan kejujuran. Orang tua harus menyadari bahwa sekolah tidak mungkin melakukan semuanya.

Solusi itu dekat.

Walaupun mesin waktu itu belum ada, kita dapat memulai dari hal kecil untuk mempersiapkan anak-anak kita.

Tiga kemampuan dasar yang mutlak harus dikuasai anak agar dapat memaksimalkan potensi dirinya adalah, kemampuan untuk memotivasi diri, sabar, dan bekerja sama dengan orang lain.

Dari sejak dini, tiga hal tersebut bisa diajarkan dengan cara-cara sederhana. Banyak cara untuk melatih anak memiliki kemampuan tersebut. Berikut lima cara yang mudah:

Pertama, ajarkan anak untuk berdoa. Beri pemahaman, tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan. Dengan berdoa, anak belajar bahwa tugas manusia adalah beribadah kepada Tuhan. Dan pada akhirnya kita semua akan kembali kepada-Nya. Dengan memahami esensi berdoa anak tidak akan pernah putus asa, akan selalu mampu memotivasi dirinya.

Kedua, ajarkan anak untuk antri. Dibandingkan pintar matematika, pintar antri itu jauh lebih penting. Dengan budaya antri, anak akan menghargai waktu, juga menghargai orang lain yang tiba lebih dulu.

Ketiga, ajarkan anak untuk membersihkan kamar dan mainannya sendiri. Dengan cara ini anak belajar menghargai diri sendiri sebelum menghargai orang lain. Serta belajar mengorganisir barang-barang miliknya.

Keempat, ajarkan anak untuk menabung. Dengan menabung anak akan lebih mudah memahami pentingnya sabar dan uang.

Dan kelima, ajarkan anak untuk bermain dengan teman-temannya. Bermain bersama teman memaksa anak untuk bekerja sama, bertoleransi, juga mengasah kemampuan memimpin.

Dengan konsisten maka kemampuan dasar anak akan tertanam kuat. 

Berikutnya adalah membangun kemampuan memecahkan masalah. Hal ini bisa mudah dilakukan dengan melatih kemampuan membaca, berbahasa, dan sedikit kemampuan matematis. Setiap masalah pasti ada solusinya. Sekolah diharapkan bisa menjadi rumah belajar bagi setiap anak di Indonesia. Tempat dimana anak berlomba-lomba mencari tahu lebih banyak, memoles dirinya, dan berteman, bukannya tempat yang menakutkan dengan segala macam ujian dan pekerjaan rumahnya.

Yang terakhir, sebagus apapun anak saat sekolah jika anak itu tidak memiliki mental yang tangguh, pasti akan hilang tenggelam dalam keramaian. Pengalaman pribadi dan teman-teman memperlihatkan, sungguh jauh berbeda dunia orang dewasa dengan dunia sekolah. Banyak hal yang tidak diajarkan di sekolah. Ini menjadikan sebuah pertanyaan penting, seperti yang disampaikan di awal tulisan ini, “Buat apa sekolah?”

Karenanya kemampuan akamedis saja tidak cukup. Tidak ada yang dapat meramal masa depan. Tapi kita selalu dapat merencanakannya. Dengan berbekal kemampuan entrepreneur setiap anak akan mampu merencanakan masa depannya sendiri.
Sudah saatnya bangsa ini menjadi yang terdepan di kawasan regional maupun global. Cara terbaik untuk itu adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan. Adalah dosa besar, apabila kita biarkan generasi penerus bangsa terpuruk, dan kalah bersaing dengan warga negara asing.

Sebagai penutup, guru saya pernah berkata, “Kita ini bukan superman. Tidak bisa segelintir orang menyelamatkan semua anak-anak. Tapi jika semua pihak bisa bekerja sama. Satu visi menyelamatkan semua anak-anak. Itu mungkin terwujud.”

Monday, August 29, 2016

Tunas Kelapa

Usia saya sekarang tiga puluh empat tahun. Sudah saatnya saya membagi pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki kepada adik-adik saya. Tidak banyak memang. Saya sangat berharap adik-adik saya dapat mengambil pelajaran dari pengalaman saya, sehingga tidak perlu mengulang kesalahan atau kesulitan yang saya alami.

Sejak tahun 2000 saya mulai masuk beragam bisnis selain kuliah di Unpad dan memberikan les matematika. Beragam usaha sudah saya geluti, dari mulai berdagang sayuran, jadi pedagang alat kesehatan, investasi saham, bisnis online, kuliner, bimbingan belajar, desain grafis, hingga membuat film layar lebar.

Jatuh bangun usaha sudah biasa. Saya percaya tidak mungkin kita digariskan Tuhan untuk terus jatuh, pasti suatu hari akan ada naiknya.

Namun, satu hal dari saya yang tidak berubah. Saya tetap ikut kegiatan kepramukaan. Sejak tahun 1995 saya ikut kegiatan pramuka. Dari saat itu menjadi Penggalang, hingga sekarang saya menjadi seorang Pembina Pramuka Penggalang.

Kegiatan pramuka mengenalkan saya pada kehidupan alam terbuka, yang ternyata mengajarkan saya banyak hal. Bahwa Tuhan itu ada, dan kita bisa tersesat, kehilangan arah. Namun dengan usaha terus-menerus, puncak tujuan pasti tercapai.

Saya menikah pun dengan seorang teman sesama anggota pramuka. Tahun 2011 menikah, dan baru saja dikaruniai satu orang putra yang saat ini berusia 25 bulan. Menjadi orang tua adalah hal baru yang menyenangkan sekaligus menegangkan.

Visi saya lima tahun mendatang ingin membuat sebuah taman belajar. Namanya Taman 123. Di taman itu, siapa saja dapat belajar dan bermain matematika. Sebuah taman yang luas, yang menyediakan segala macam permainan, kemudian buku-buku dari mulai buku untuk anak-anak playgroup hingga kuliahan. Dan tentunya bersama keluarga serta teman-temannya, semua orang bisa rekreasi, berkemah, dan belajar.

Sebagai seorang pembina mahir, saya diajarkan, agar selalu belajar dan berbagi. Learning by doing, doing to earn, earning to live, and living to serve. Semoga saya bisa melunasi hutang-hutang saya dan mencurahkan segala yang dimiliki untuk mengabdi.

Seperti tunas kelapa, saat menjadi pohon kelapa, ia bermanfaat dari mulai akar hingga ujung daunnya. 

Thursday, August 25, 2016

Sebulan Bersama 14 Pyrenean Ibex

Sang kambing gunung berusaha mencapai puncak
Direncanakannya jalur yang paling layak
Dengan seksama melihat tempat berpijak
Mana yang kokoh mana yang tidak
Satu persatu perlahan bergerak 
Yang pertama dan kedua membuka jalan, batu-batu berderak
Yang lain mengikuti berarak
Tak gentar menyaksikan tebing menanjak
Bersama jatuh bangun menuju puncak

Perkenalan saya dengan Pyrenean Ibex dimulai ketika 14 teman-teman kelas 8 SMP Semi Palar menentukan nama kelas. Tema nama kelas tahun ini adalah hewan-hewan yang sangat langka atau baru punah. Muncul nama tersebut yang dirasa oleh teman-teman paling pas dengan karakter kelas mereka. Seekor kambing gunung yang selalu berusaha mencapai puncak tertinggi.

Tahun ini saya kembali dipercaya untuk memfasilitasi teman-teman kelas 8. Bersama seorang kakak perempuan yang sudah sangat berpengalaman di sekolah.

Selama sebulan menemani teman-teman Pyrenean Ibex langsung terasa pancaran dari setiap anak. Ada yang penuh semangat menghadapi tantangan baru, ada yang biasa-biasa saja, ada yang ragu dan tidak yakin. Teman-teman masih beradaptasi dengan kelas yang baru. Namun, kesan kelas 8 berasa "berat" muncul pada sebagian besar anak-anak. Tentu saja akan menantang, karena kelas 8 artinya mereka akan melakukan Perjalanan Besar. Mendatangi kota-kota di Jawa dan melakukan riset di sana.

Cukup banyak catatan yang perlu menjadi perhatian bersama. Seperti perlu meningkatkan kemandirian belajar, kemampuan berkomunikasi, dan manajemen kelompok. Lalu juga mengembangkan kemampuan menulis, menganalisis, berpikir kritis kreatif, serta memecahkan masalah. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut ada satu kunci yang perlu teman-teman miliki, ialah kemauan yang kuat.

Perjalanan teman-teman di mulai dari mengenali peta Jawa. Mereka membuat skala yang sesuai dan mengeksplorasi segala hal mengenai daerah-daerah di Jawa. Dilanjutkan dengan kunjungan ke GKJ Kiaracondong, menggali mengenai sejarah GKJ di Bandung.

Hasil eksplorasi teman-teman akan digenapkan dengan pembuatan board game bertema Jawa. Belajar langsung dari Kak Andre dan Kak Isa (Kummara), teman-teman saat ini tengah mendesain empat buah board game.

Hasilnya seperti apa?

Tentu tergantung kemauan dan kerja keras teman-teman.

Sang kambing gunung berdiri di lereng setapak
Memandang langit berharap melihat puncak
Hanya awan saja terlihat, ujung gunung belum nampak
Perjalanan sudah dimulai, tak bisa mengelak
Bersimbah peluh kami akan terus bergerak

Tuesday, August 23, 2016

Menunggu Sang Merah Putih

Setiap Sabtu saya melihat pengibaran Bendera Merah Putih. Adik-adik saya, para Pramuka Penggalang menyiapkan tiang bendera dengan menyambungkan dua tongkat dan menguntai tali untuk mengerek bendera. Mereka bisa jadi sudah bosan dengan upacara bendera. Setiap Senin di sekolah mereka upacara. Dan saat latihan Pramuka hari Sabtu mereka pun upacara. Karena sudah jadi rutinitas, hilang khidmatnya.

Karena sudah jadi rutinitas, hal menarik kerap terjadi. Seperti melihat beberapa kali adik-adik saya lalai dalam pengibaran maupun penurunan bendera. Posisi bendera terbelit, terbalik, kemudian talinya nyangkut tidak mau naik, sampai tiangnya jatuh karena tidak kuat tali tongkatnya. Saya yakin mereka tidak pernah berniat melakukan itu. Tidak ada kesengajaan. Roman para petugas upacara langsung cemas setiap kali kesalahan terjadi. Itulah yang kerap terjadi. Pastilah ada sisi takut karena telah melakukan kelalaian, namun di lubuk hatinya mereka tahu bendera adalah lambang kedaulatan yang harus selalu di jaga.

Mengapa ini penting? Bendera hanyalah secarik kain yang berkibar. Mengapa harus kita jaga? Mengapa harus dihormati sedemikian rupa hingga muncul banyak aturan, hingga harus upacara setiap minggunya?

Kadang memang sangat kacau jadinya ketika nasionalisme diukur dari seberapa sering Bendera Merah Putih dikibarkan. Sampai ada lomba tata upacara bendera antar sekolahan, demi untuk meningkatkan yang katanya nasionalisme. Padahal saya yakin upacara tanpa makna, tanpa rasa, akan sia-sia. Hanya jadi simbol belaka.

Pada dasarnya nasionalisme adalah fitrahnya manusia. Orang-orang akan selalu ingat tanah kelahirannya. Merindukan untuk pulang. Merasa syukur dapat bertumbuh di sebuah bangsa.

Rasa itulah yang kini tengah dibangun di tempat saya belajar, Rumah Belajar Semi Palar. Mencoba menghilangkan rutinitas agar suasana khidmat saat upacara dapat terwujud. Menggetarkan hati ketika melihat Bendera Merah Putih dikibarkan. Merinding, saat memberikan hormat dan mendengarkan Indonesia Raya dikumandangkan. Tidak mudah memang, tapi upacara tanggal 17 Agustus kemarin membuktikannya.

Saya pribadi selalu takjub melihat Sang Merah Putih, menunggu pengibar membentangkan kain dan kemudian berkata, "Bendera siap!"

Menunggu

Sang Merah Putih sampai di ujung tiang.

Tunggu

Sesungguhnya bukan saya yang menunggu. Sang Merah Putih lah yang menunggu. Menunggu kita untuk bangun.

"Disanalah aku berdiri jadi pandu ibuku"

Friday, August 19, 2016

Menjelang Idul Fitri dan Tahun Pelajaran Baru

Apakah kita sudah mempersiapkan diri untuk menjalani satu tahun yang akan datang?

Saya diajarkan bahwa bermimpi itu gratis. Kamu bisa bermimpi apa saja, tidak ada batasan sama sekali.

Untuk mencapai mimpi tersebut kamu hanya perlu mengenali siapa dirimu sesungguhnya. Semua kelebihan dan kekuranganmu.

Saya seorang yang selalu senang mempelajari hal berbau sains, senang membaca, penyabar, tidak pernah menyerah. Namun pemalas, emosional, senang menunda-nunda pekerjaan, sangat santai. Saya percaya jalani saja, bila sudah takdirnya maka akan terwujud juga.

Saya ingat betul sewaktu sekolah, dari SD hingga kuliah, lebih banyak waktu saya luangkan untuk mempelajari hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan sekolah. Khususnya pramuka dan desain grafis. Tidak ada ambisi untuk masuk ke sekolah atau kuliah favorit. Jalani saja.

Namun prinsip jalani saja tersebut kini jadi bumerang. Di usia saya yang tidak lagi muda, begitu banyak kesalahan-kesalahan yang ntah bagaimana bakal dapat saya perbaiki. Karena waktu tidak dapat diulang kembali.

Maka di malam yang baik ini, ingatlah betul bahwa yang terpenting itu SAAT INI. Karena saat ini yang bermanfaat akan jadi kenangan yang indah. Sekaligus saat ini yang bermanfaat akan jadi pilar-pilar untuk menata masa depan yang cerah.

Tidak ada yang bisa menebak masa depan itu seperti apa, oleh karenanya Doa dan Zikir jadi senjata utama kita untuk menghadapi berbagai situasi.

Tulis mimpimu besar-besar untuk satu tahun yang akan datang, misal masuk SMA/Universitas favorit, menghapal 10 juz Al-Quran, merintis bisnis sendiri, dll. Pecah-pecah jadi langkah-langkah nyata untuk mencapai mimpimu tersebut. Diskusikan dengan keluarga, kakak, guru, dan temanmu. Mintalah Doa. Rutin berzikir dan berdoa. Sangat penting agar Allah SWT memudahkan setiap langkahmu.

Seorang pandu itu setiap hari berbuat kebaikan. Kebaikan apa yang telah kamu perbuat hari ini? Kebaikan untuk orang-orang di sekitarmu? Kebaikan untuk dirimu sendiri?

Sekali Memandu! Tetap Memandu!

Thursday, June 23, 2016

Satu tahun bersama Malabar

"Saya berjanji tidak akan menyerah dengan kalian semua."

Satu tahun akhirnya selesai. Entah bagaimana caranya semua bisa kulalui. Yang namanya masalah memang tidak ada akhirnya. Selalu datang dan pergi. Seperti lirik sebuah lagu, "trouble loves me, trouble needs me..." Saya yakin teman-teman semakin tangguh menghadapi tantangan-tantangan berikutnya.

Saat saya ingat lagi dari awal perjumpaan, begitu banyak hal yang nggak oke. Sepertinya saya cukup gagal. Dan permintaan maaf tidak akan pernah cukup untuk menyelesaikan. Tapi saya tetap harus meminta maaf. Maaf atas kekurangan dan kesalahan saya satu tahun ini.

Dalam sebuah perjalanan saya selalu ingat pesan Kakek, tetaplah menempuh jalan yang lurus. Apakah jalanku lurus tahun ini? Semoga saja masih lurus.

Semoga setiap langkah adalah sebuah kemajuan bukan kemunduran.

Untuk teman-teman Malabar semua, teruslah berjuang. Don't limit your challenges, but challenge your limits. Terima kasih atas kebersamaan satu tahun ini.

Salam hormat untuk Alez, Alvi, Ara, Arvin, Dyah, Fikri, Jordy, Marcel, Najla, Nathan, Raka, Ravi, Sha, Sistha, Tia, Zheva. #NKRMSelamanya