Saturday, September 1, 2018

Ruh Itu Tidak Mati

Jumat, 31 Agustus 2018, 21:00

Ada telepon via wa masuk, memberi kabar nenek saya dari pihak ibu meninggal dunia sekitar pukul setengah 8 malam. Nenek memang sudah sepuh, dan sakit-sakitan, namun tetap saja malam itu tidak ada tanda-tanda beliau sakit. Malam itu nenek minta dibelikan roti oleh sepupu saya. Namun saat kembali nenek sudah tiada.

Ke-riweuh-an langsung muncul. Gimana caranya ngasih tahu ibu? Karena malam itu juga bapak lagi tidak ada di rumah, karena kebetulan sedang ada di rumah ibu tiri saya.

"Bapak gak akan ke Metro, besok pagi langsung ke Cimahi pake angkot." Begitu kabar dari bapak. Jadi weh, tugas saya yang harus ngasih tahu ibu.

Setelah berdiskusi dengan adik-adik, sepakat dikasihtahunya besok pagi aja, karena mun malem langsung dikasihtahu, kemungkinan ibu kambuh sakitnya dan jadi double riweuhnya.

Teh Santi mah bilangnya, udah aja langsung malam ini ke Cimahi bareng ibu. Ibu pasti ingin lihat nenek untuk terakhir kali. Sementara buat saya pribadi sebetulnya kalau udah meninggal kan udah gak bisa diajak ngobrol yah? Jadi untuk apa lihat doang? Bukannya malah bikin tambah sedih yah?

Ke-riweuh-an lainnya, besok saya harus mendampingi anak-anak pramuka SMPN 13 hiking ke Dago Pakar. Dibatalkan aja gitu?

Ah sarekeun we lah...

Sabtu, 1 September 2018, 03:00

Alarm berbunyi. Teh Santi ngebangunin untuk siap-siap ke Metro. Semalem mimpi malah mimpi yg aneh-aneh, mungkin karena hari ini bangunnya kepagian.

Setelah beberes, dan salat subuh, saya berangkat pake gojek ke rumah ibu, lalu mengabari lewat grup line pramuka, saya akan datang telat untuk kegiatan hiking hari ini karena semalam nenek meninggal dunia.

Sampai di metro, ibu terbangun karena saya datang. Ibu lagi tiduran di kasur di ruang tengah. Saya duduk di sebelahnya, langsung bilang, "Bu, nenek ngantunkeun, tadi malam jam setengah 8. Sekarang semuanya, bapak dan adik-adik lagi otw Cimahi. Hayu Bu berangkat" Ibu kaget sebentar, terus langsung bangun. Saya tawarin untuk mandi dulu, gak usah katanya. Jadi ibu hanya ganti baju, dan pakai kerudung.

Bersama adik saya yang bungsu, berangkatlah kami ke Cimahi pakai grab.

Sampai di Cimahi, bapak sudah ada di sana. Nenek sudah dimandikan dan disalatkan. Ibu hanya lihat sebentar terus langsung keluar lagi dan mau pulang. Tapi oleh paman ditahan supaya mau tinggal sampai pemakaman beres.

07:00

Adik-adik saya datang. Saya lalu pamit, untuk berangkat ke 13 terus ke rumah. Rencana awalnya, saya ke 13 terus minta ada yg gantikan nemenin anak-anak hiking, terus ke rumah, jemput Teh Santi dan anak-anak, terus balik lagi ke Cimahi. Biar keburu lihat nenek dimakamkan.

Tapi di 13 ternyata gak ada yang lain yang bisa menggantikan saya, cuma ada saya sendiri. Anak-anak ber-18 orang sudah siap untuk berangkat. Ya sudah, berarti ganti rencana. Nemenin anak-anak hiking dulu, siang pulang ke rumah, sore ke Cimahi lagi.

10:00

Keluarga pada nanya, saya ada di mana. Saya bilang, "Lagi nemenin anak-anak pramuka di Dago Pakar." Sigana teh, di benak keluarga, kumaha si aa teh batur keur riweuh ieu kalahka ulin.

12:00

Anak-anak senang dan cape, jalan dari Terminal Dago - Curug Dago - PLTA Bengkok - Gua Jepang - Gua Belanda. Teriak-teriak dalam gua, dan ketemu banyak monyet di sekitar gua. Terus karena sayanya tiis, tanpa ekspresi, kejadian nenek meninggal, tidak berpengaruh.

14:30

Sampai di rumah. Akhirnya bisa makan, dari pagi belum makan, dan terus siap-siap ke Cimahi.

16:00

Stasiun Kiaracondong, cukup penuh. Biar murah, ke Cimahinya pakai kereta. Pas kereta datang, hujan turun.

17:30

Alhamdulillah akhirnya sampai di Cimahi lagi. Teh Santi bantu beberes bentar, sambil jagain dua bocah, terus selepas maghrib ikut acara tahlilan.

Minggu, 2 September 2018, 2:20

Masih di Cimahi, karena kecapean, semalam jadinya nginep di rumah nenek. Sekarang saya bangun, karena tengah malam Shihab ngompol. Jadi malah gak bisa tidur lagi.

Disebut meninggal, itu karena dua hal: jantung berhenti berdetak atau otak berhenti berfungsi. Tapi ruh itu tidak mati. Ruhnya tetap hidup. Walau mungkin bagi yang ateis mah, habis mati ya sudah, gak ada apa-apa lagi.

Seperti apa ya kehidupan setelah kematian?

Jawabannya: sama seperti hidup, pada akhirnya semua akan mencari titik kesetimbangan. Alam semesta selalu berlaku demikian. Seperti organ tubuh kita menyeimbangkan diri dengan homeostasis, lalu hukum konservasi/kekekalan energi, pada akhirnya kematian pun sama, semua seimbang dengan tubuh kita yang kembali ke tanah, dan ruh kita yang kembali pulang kepada Tuhan Sang Maha Pencipta Keseimbangan.

Ingatan saya tentang nenek hanya selewat-selewat. Saya ingat sewaktu kecil sering jalan-jalan dengan nenek di Cimahi, beliau seorang guru, dan sangat hobi bersih-bersih.

Sewaktu saya dewasa, hubungan dengan nenek seringkali dalam waktu seperti saat lebaran atau saat nenek ngasih tahu ibu saya datang ke Cimahi sendirian. Pernah satu kejadian, saya datang malam-malam ke Cimahi untuk jemput ibu. Terus karena sudah tengah malam, akhirnya nginep di sana. Subuh datang, nenek membangunkan saya, "Aa, ibu mana?" Saya langsung bangun, mencari, ternyata ibu sudah pergi lagi, ntah kemana sewaktu saya tidur.

Selamat jalan nenek, hampura ieu incu nu sok bedegong, hampura pun biang sok ngaririweuh nenek, mudah-mudahan amal ibadah nenek ditampi ku Allah SWT. Aamiin.