Wednesday, June 21, 2017

Bercermin

Siapakah aku? Mengapa aku ada? Apa tujuanku?

Dari sejak remaja hingga hari ini, aku masih berusaha menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Aku jauh dari sempurna, aku penuh kealpaan. Setiap hari rasanya semakin jauh dari tujuan. Dapatkah aku berhenti dahulu? Melihat kembali, sejauh mana aku tersesat. Sejauh mana aku kehilangan arah.

Tapi berhenti pun butuh waktu. Berhenti pun sama dengan bergerak linear searah waktu. Kalau begitu dapatkah aku menciptakan waktu?

Mungkin saat ini satu-satunya peluangku adalah dengan menggunakan waktu tunggu. Jadi seperti mengerjakan dua hal sekaligus. Seperti membaca buku saat menunggu tiba ke satu tempat di kendaraan. Atau menulis saat menunggu anak-anak berkegiatan.

Aku coba berhenti sejenak. Sambil menunggu kantuk datang.

Untaian ingatan berkelana. Mencari jauh ke masa lalu.

Betapa banyak pilihan-pilihan yang tidak tepat. Dan mengapa banyak kesalahan kerap aku ulangi?

Bukankah aku itu aneh, selalu berkeinginan untuk jadi lebih baik, tapi mengapa terus menunda-nunda berbuat sesuatu?

Ingin menyelesaikan banyak hal, tapi mengapa hanya sebatas ingin saja?

Berharap perubahan datang tiba-tiba, bisakah tanpa berusaha?

Oh, mungkin saja, apa sih yang gak mungkin di dunia ini? Pikirku. Aku berada di antara milyaran manusia di bumi. Berlomba-lomba dalam kehidupan dunia.

Dan aku ternyata tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan orang lain. Dan aku ternyata tidak pula berbuat apa-apa untuk bisa membalas mereka. Seringkali aku menyesal, mengapa begini? Mengapa begitu?

Untuk semua orang yang ada di sekililingku, Bapak, Ibu, keluargaku, teman-teman, guru-guru, kakak-kakak, adik-adik, rasanya selalu saja aku merepotkan. Waktu, tenaga, pikiran, uang. Bagaimana mungkin aku bisa membalas kebaikan semua orang?

Janji tak ditepati, utang tak terbayar.
Waktu terus berjalan, waktu semakin sempit. Untuk semua yang pernah kusakiti, semua utang yang belum terbayar, maafkan aku, lalai dan malu belum bisa menyelesaikannya.

Tapi tidaklah boleh menyerah.
Lagipula kehidupan ini hanya senda gurau saja.

Tapi mungkin itulah penyebabnya. Aku jadi seringkali kurang serius. Kurang menghadirkan diri. Kurang peka. Kurang perhitungan.

Tapi aku juga bisa melihat, perjalananku hingga hari ini, aku haruslah banyak-banyak bersyukur. Semua ternyata bisa dilewati. Karena ternyata Allah selalu melindungi lewat kebaikan orang-orang di sekelilingku.

Jadi jawabannya adalah, aku ini hasil kebaikan. Aku ada untuk berbuat baik. Tujuanku membawa bekal kebaikan di hari akhir nanti. Jadi saat sulit pun tetaplah jadi kebaikan. Demi Allah yang terus-menerus memberi kebaikan lewat orang-orang, lewat bumi dan isinya. Walau aku bergelimang kesalahan, tetaplah berbuat kebaikan.

Semoga orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku selalu dalam lindungan Allah Yang Maha Kuasa. Aamiin.