Friday, October 21, 2016

Deep Web


Dunia internet memang ajaib. Ketika semua serba open source dan privasi jadi prioritas, muncullah TOR project. Sebuah proyek nirlaba yang mengkhususkan diri untuk menciptakan jaringan yang bebas dan menjaga privasi para penggunanya. Berintikan browser firefox, TOR browser menjadi salah satu sarana untuk menjelajah deep web dan dark web. Tempat-tempat terdalam dan gelap yang tidak terindeks oleh mesin pencari Google.

Analoginya itu seperti gunung es. Website-website yang bisa kita akses lewat browser biasa seperti chrome, firefox, internet explorer, dll adalah surface web, puncak gunung es yang tampak di atas permukaan laut, karena website-website tersebut berupa tautan yang bisa kita klik/kunjungi kapan saja selama ada akses internet dan browser. Sisanya, bagian terbesar gunung es yang ada di bawah permukaan laut, adalah deep web. Isinya merupakan penopang surface web, yang berupa database, password, informasi keuangan, dan sebagainya. Sementara dark web adalah bagian kecil dari deep web yang berisikan hal-hal illegal, dari mulai pembajakan, narkotika, hingga penjualan senjata.

Saat mencoba tor browser, terlihat keren sekali terutama karena bisa mengubah ip address dan membuat kita seolah-olah berada di negara lain.

Lalu kemudian muncullah bitcoin. Dengan munculnya bitcoin—mata uang digital, transaksi keuangan sekarang bisa dilakukan secara anonim. Ia bahkan memiliki pasar keuangan (trading) tersendiri. Ada dua sisi yang menarik. Dengan adanya bitcoin transaksi keuangan di dunia maya jadi sangat aman dan praktis. Dan secara konsep sangat revolusioner karena menghilangkan banyak biaya dibandingkan dengan apabila kita bertransaksi menggunakan kartu kredit atau kartu debit. Namun sisi yang lainnya, bitcoin sangat rentan digunakan untuk transaksi illegal. Karena semua transaksi berlangsung anonim dan terenkripsi dengan canggih.

Kemajuan teknologi tampaknya akan semakin bergerak eksponensial. Tidak mungkin kita hindari. Saat ini kita dalam posisi semakin bergantung terhadap internet. Kini kita berbagi banyak hal, bertransaksi jual-beli, meng-upload foto, dokumen, semua lewat internet. Semua itu sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Tak lama lagi kita akan membutuhkan internet seperti kita membutuhkan listrik.

Oleh karena itu sudah saatnya pendidikan berinternet dengan aman masuk ke dalam kurikulum sekolah-sekolah. Ada beberapa kata kunci yang penting yang menjadi perhatian: tanpa batas, semua terkoneksi, tidak aman, dan terus berkembang.

Hal pertama yang perlu dilakukan, cobalah hal berikut: Googling nama sendiri. Jika muncul data-data sensitif seperti alamat rumah, nomer telepon, nomer identitas, atau nomer rekening. Hal tersebut adalah pertanda. Betapa tidak amannya kita, karena kealpaan kita sendiri dalam berinternet.

Sumber:
Deep web: https://brightplanet.com/2014/03/clearing-confusion-deep-web-vs-dark-web/
Bitcoin: https://bitcoin.org/en/faq
Tor project: https://www.torproject.org

Saturday, October 15, 2016

Bermimpi

Pernahkah kau memimpikan hal yang sama terus-menerus?

Membuatmu penasaran sekaligus khawatir?

Apakah ada sesuatu terjadi pada alam bawah sadar kita?

Apakah terjadi sesuatu pada diri kita atau orang lain?

Bagaimana jika yang kita mimpikan berulang-ulang itu mimpi yang menyeramkan? Seperti didatangi wujud yang sama berulang, atau jatuh berulang, atau mati berulang.

Menurut berbagai keterangan, hal tersebut bisa jadi pertanda sesuatu. Secara metafisik kekhawatiran kita dapat mengundang hal-hal buruk menghampiri kita.

Mengenali pertanda, adalah hal yang termasuk bawaan dari otak manusia. Rasa takut dan cemas lambat laun menjadi stress yang kemudian membangkitkan alam bawah sadar kita dalam bentuk yang berbeda-beda. Salah satunya lewat mimpi. Salah lainnya lewat ketidakstabilan emosi.

Bahkan pada beberapa kasus mimpi itu sangat detail dan nyata, hingga perlu waktu ketika kita terbangun, apakah ini dunia mimpi atau nyata?

Mengenali pertanda bukan untuk menambah kecemasan, namun lebih untuk dijadikan kewaspadaan. Banyak pula cerita terkait arti mimpi. Para Nabi pun mengalaminya. Tafsir mimpi kini memang tidak begitu populer. Namun, banyak kisah diceritakan mengenai mimpi-mimpi tersebut. Seperti kalau mimpi ada teman yang meninggal maka teman tersebut akan panjang umur. Jika mimpi menikah maka akan terjadi jika musibah, dan lain sebagainya.

Saya selalu tertarik pada cerita orang-orang yang pernah bermimpi kemudian menjadi kenyataan. Baik itu mimpi buruk ataupun mimpi baik. Seperti kisah Nabi Yusuf a.s. yang menafsirkan mimpi Raja Qithfir.

Sang Raja bermimpi bahwasannya dia melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk di makan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan dilihatnya pula tujuh butir gandum yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering.

Nabi Yusuf a.s. menguraikan mimpi Raja: “Negara akan menghadapi masa makmur, subur selama tujuh tahun, di mana tumbuh-tumbuhan dan semua tanaman gandum, padi dan sayur-mayur akan mengalami masa panen yang baik yang membawa hasil makanan berlimpah-ruah."

“Kemudian masuk musim kemarau selama tujuh tahun berikutnya di mana Sungai Nil tidak memberi air yang cukup bagi ladang yang kering, tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama sedang persediaan bahan makanan, hasil panen selama masa subur sudah habis di makan.” Akan tetapi, Nabi Yusuf a.s. melanjutkan keterangannya, setelah mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan tibalah tahun basah di mana hujan akan turun dengan lebatnya menyirami tanah yang kering dan kembali menghijau menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang lezat."

Maka jika tafsiran ini menjadi kenyataan, Nabi Yusuf a.s. berkata: “Seharusnya kamu menyimpan baik-baik apa dihasilkan dalam tahun-tahun subur serta berhemat dalam pemakaiannya untuk persiapan menghadapi masa kering, agar supaya rakyat terhindar daripada bencana kelaparan dan kesengsaraan.”

Tafsir yang akurat dari Nabi Yusuf a.s. menyelamatkan kerajaan kala itu.

Dalam sains modern, mimpi masih menjadi misteri yang belum terungkap. Sebuah penelitian memperlihatkan cara kerja otak kita melihat visual mimpi, persis sama dengan cara otak kita melihat di kehidupan nyata. Bahkan kini mengendalikan mimpi jadi trend yang banyak tutorialnya. Kita bisa mengatur mau mimpi apa hingga bisa melihat diri kita sendiri yang tengah tertidur.

Apa alasan sesungguhnya kita bermimpi tampaknya akan terus menjadi misteri. Pengalaman saya pribadi kadang mimpi hal yang sama dan berulang, hingga membuat prasangka sesuatu akan terjadi. Namun sisanya hanyalah bunga mimpi yang kadang indah dan kadang tidak.

Pada akhirnya yang terpenting adalah kualitas tidur itu sendiri. Selamat beristirahat, semoga mimpi indah, dan jangan lupa berdoa.

Saturday, October 1, 2016

Belahan Jiwa (2)

"Kenapa abah mau nikah sama Ambu?" Sebuah pertanyaan yang diajukan istriku lima tahun yang lalu yang sampai saat ini masih belum bisa saya jawab dengan betul. Tidak cantik, lebih tua, dan tidak-tidak yang lainnya, jadi alasan istriku bertanya.

Walaupun saya banyak mempunyai tidak-tidak yang sama, tidak ganteng, lebih muda, dan tidak-tidak yang lainnya. Pertanyaan yang serupa pun muncul, kenapa istriku mau menikah denganku?

Lima tahun menikah dan saya masih tidak tahu. Mungkin memang tidak akan pernah bisa saya jawab. Tapi seperti limit dalam matematika, hal tersebut bisa didekati.

Dapatkah saya mendefinisikan cinta?

Dengan limit, artinya kita harus melakukan pendekatan dari kanan dan kiri, jika ia bisa didekati dari kanan dan kiri, serta jika ia memiliki hasil yang sama, maka limit tersebut artinya ada.

Dengan cinta pun demikian, dari segala perbedaan, pasti ada persamaan-persamaan. Dan yang menarik adalah persamaan-persamaan ini muncul seiring waktu. Bisa dalam bentuk hal yang memang sama persis, atau hal-hal lain yang diterima apa adanya oleh keduanya.

Mungkin sewaktu awal, yang dilihat adalah yang indah-indahnya saja. Karena memang begitulah adanya. Tapi waktu selalu menyadarkan kita, bahwa tidak mungkin indah terus. Akan ada masa sakit, sakit pinggang terutama, kemudian muncul uban dan keriput, juga tangisan ditinggalkan keluarga terdekat.

Konflik pasti akan selalu muncul, dari mulai cucian, makanan, berita tv, hingga urusan anak.

Saya ingat sebelum menikah, uwa almarhum (kakak dari ayah saya) membuat hitung-hitungan berdasarkan nama dan tanggal lahir saya dan istri. Hasilnya keluarga kami insya Allah harmonis, tapi hati-hati akan sering besar pasak daripada tiang, katanya. Saya mengangguk-angguk, menghormati kebijaksanaan beliau. Dan benar, sampai saat ini selalu ada kejadian di keluarga yang membuat keuangan jadi besar pasak daripada tiang.

Toh saya dan istri tidak pernah ragu. Walau ia sering juga khawatir, selain masalah keuangan, juga karena saya seperti jadi bujangan lagi kalau meninggalkan rumah. Senang melihat yang ayu-ayu.

Dari mulai lamaran, hingga kini punya anak, kami tidak ragu. Semua perbedaan serta konflik selalu bisa dibicarakan. Istriku kadang juga menangis, kesal dengan saya. Gak ngerti-ngerti aja, katanya. Saya pun sering kesal dengan diri saya sendiri. Memang kerap terjadi saya gagal paham akan perasaan istri sendiri.

Jadi cinta bagi saya memang sulit untuk didefinisikan. Istriku mungkin melihat sosok pemimpin pada diri saya. Sementara saya melihat, sosok wanita perkasa, yang tangguh, dan 'hot', yang akan jadi seorang istri sekaligus ibu yang baik.

Untuk saya cinta adalah kompromi. Kompromi antara harapan dan kenyataan. Saat harapan mendekati satu titik yang sama dari kanan, dan kenyataan mendekatinya dari kiri. Titik yang sama yang dilihat saya dan istri.

Titik-titik tersebut muncul sepanjang perjalanan hidup.

Saya menikahi Ambu, karena saya ingin melihat titik-titik kehidupan bersama Ambu saja.