Thursday, February 21, 2019

Mengapa Perjalanan Besar?

Desember 2014. Shihab baru berusia 6 bulan. Seorang teman di Pramuka menawarkan pekerjaan untuk jadi seorang guru. Sebelum Shihab lahir tidak pernah terpikirkan oleh saya untuk beralih profesi jadi seorang guru. Tapi ada satu hal yang bikin saya penasaran, kabarnya sekolah ini mirip dengan Pramuka, banyak berkegiatan di luar kelas, dan nilai pelajaran bukanlah jadi sasaran utama dari sekolah ini.

Jadilah saya berkunjung saat itu, ditemani Teh Santi, saya bertemu Kak Listi yang dengan ramah memperlihatkan sekolah unik tersebut, ya, sekolah yang bernama Rumah Belajar Semi Palar.

Orang-orang bilang, saya tidak peka, dan seringkali 'teu make rarasaan’, tapi insting saya saat itu bisa mencium, ini adalah satu sekolah yang secara konsep sangat menarik, dan saat itu sangat kebetulan, mereka sedang kekurangan kakak fasilitator. Panggilan kakak sangat akrab di telinga saya, karena itu panggilan di Pramuka. Walaupun para siswanya tidak dipanggil adik-adik tapi teman-teman.

Sekolah yang kesannya 'nyantai’, tapi saya tahu dibalik itu, ada banyak sekali perangkat yang tidak terlihat.

Saat berkunjung ke ruangan kelas 8, saya langsung tertarik dengan buku hasil kelompok Marlin. Sebuah buku hasil Perjalanan Besar napak tilas jejak Kerajaan Mataram. Sejenis karyawisata yang dikemas seperti pengembaraan/backpacker. Siapapun yang berani mencetuskan ide ini, juara idenya. Tingkat olahan serta kerumitan tinggi, yang mungkin hanya bisa dirasakan oleh kakak pendampingnya saja.

Dari membaca sekilas buku tersebut saya yakin, mungkin ini jawaban untuk mengatasi carut marut pendidikan di Indonesia. Tentunya ini hanyalah alternatif solusi, namun kegiatan tersebut nyata berhasil menciptakan kerja sama yang sangat baik antara sekolah, peserta didik, dan orang tua.

Mengapa Perjalanan Besar?

Setelah tiga kali mendampingi teman-teman kelas 8 melakukan Perjalanan Besar. Saya menyadari tidak ada satu kelompok yang serupa. Setiap kelompok memiliki kekhasan masing-masing. Setiap kelompok memiliki tantangan serta situasi yang unik. Tidak ada jaminan, sebuah Perjalanan Besar itu akan lancar dan sukses. Karenanya, kerja sama antar semua pihak jadi kunci.

Tahun ini, saya bersama Kak Imeh, diberi kesempatan untuk mendampingi kelompok Marmer melakukan Perjalanan Besar. Kekhawatiran selalu ada tentu saja. Saya terus bertanya, bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk? Dapatkah kami mengatasinya?

Sama halnya seperti saat saya mendampingi adik-adik Pramuka, melakukan hiking, perkemahan, dan kegiatan alam terbuka lainnya. Bagaimana sebagai orang tua, dengan sedikit banyak keraguan menitipkan putra-putrinya kepada saya. Dan tentunya kemampuan setiap anak itu berbeda, kewajiban saya untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing anak. Memastikan selama kegiatan semua selamat.

Bagaimana sebagai seorang anak, mereka punya ekspektasi tinggi, bahwa kegiatan bakal seru dan menantang. Sementara kakak butuh yakin keamanan sepanjang kegiatan. :)

Harapannya, menjelang Perjalanan Besar semua persiapan sudah dilakukan, dan kegiatan dapat berjalan lancar.

Karena sebuah perjalanan adalah kesempatan. Bukan untuk mencapai garis akhir, tapi untuk menikmati dan menghargai setiap prosesnya.

“Travel isn’t always pretty. It isn’t always comfortable. Sometimes it hurts, it even breaks your heart. But that’s okay. The journey changes you; it should change you. It leaves marks on your memory, on your consciousness, on your heart, and on your body. You take something with you. Hopefully, you leave something good behind.”

– Anthony Bourdain