Sunday, July 30, 2017

Belajar Investasi

Teknologi dan perkembangan zaman mengantarkan kita pada era konektivitas dan keajaiban-keajaiban yang bisa kita nikmati saat ini. Salah satunya adalah berbagai bentuk investasi jangka panjang yang kini bisa diakses dan terjangkau untuk siapa pun.

Dulu waktu tahun 90-an, jika ingin investasi kita harus mempunyai modal yang tidak sedikit, minimal 25 juta untuk bisa mulai berinvestasi. Sebelumnya perlu dipahami dulu, bahwa investasi ini penting dilakukan sedini mungkin. Jangan seperti saya yang malah berfoya-foya, sehingga lebih sering besar pasak daripada tiang.

Tidak semua orang sama dalam mengatur keuangan pribadi/rumah tangganya. Namun, prinsipnya selalu sama, jika ingin pensiun nyaman kelak, maka kita harus bisa mengatur supaya pemasukan lebih besar daripada pengeluaran. Dari pemasukan tersebut ada yang bisa menyisihkan 10%, 30%, atau mungkin lebih untuk menabung dan berinvestasi. Tidak masalah walau pendapatanmu kurang dari 5 juta rupiah per bulan, yang penting kemauan untuk menyisihkan sebagian dari pemasukan tesebut. Karena, saat ini mungkin usianya masih 20 tahun, tapi tidak akan terasa tiba-tiba usianya sudah 30 tahun, terus 40 tahun, terus akhirnya menyesal seperti saya yang selalu saja gagal menabung/berinvestasi.

Nah, investasi sendiri tentunya ada berbagai macam, kali ini saya akan berbagi mengenai jenis-jenis investasi yang liquid (mudah dicairkan kapan saja), dan murah, tapi memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup lumayan secara jangka panjang.



Yang pertama dan yang paling murah adalah investasi emas dari PT Pegadaian. Saat ini Pegadaian memiliki produk investasi emas yang sangat menarik. Mengapa emas? Karena emas itu nilainya stabil, walau kena krisis moneter sekalipun. Walau harganya naik-turun, tetapi secara jangka panjang nilainya cenderung selalu naik. Perlu diingat, investasi emas ini baru terasa nilainya jika sudah tiga tahun lebih.

Produknya sendiri ada dua macam, yaitu tabungan emas dan kredit emas. Saya akan bahas secara ringkas satu persatu. Tabungan emas bentuknya seperti kita menabung di bank, jadi kita diberikan buku tabungan lalu bisa setor dan melakukan penarikan, serta transfer. Akan tetapi yang membedakannya adalah saldo di buku tabungan kita itu nominalnya dalam gram emas.

Investasi awal yang diperlukan hanya senilai 0,01 gram emas saja (atau saat ini sekitar Rp 5.600). Minggu lalu saya coba datangi kantor Pegadaian dekat rumah saya. Pelayanannya ramah dan cepat (saya sarankan untuk membuka rekening tabungan emas ini di kantor cabang yang cukup besar), tidak sampai 30 menit, hanya dengan Rp 100.000 saya sudah dapat buku tabungan emas tersebut dengan saldo 0,09 gram emas. Rinciannya sebagai berikut:

Biaya pembukaan rekening Rp 10.000
Biaya materai Rp 6.000
Biaya administrasi untuk satu tahun Rp 30.000
Sisa Rp 54.000 dibelikan emas setara 0,096 gram emas

Selesai deh! Jika nanti ada uang lagi dan ingin ditabungkan, akan dikonversikan sesuai harga emas saat itu. Sangat mudah, cepat, dan juga aman.

Apakah ada biaya-biaya lain? Menurut informasi dari customer service-nya, ada emas yang harus mengendap senilai 0,1 gram di tabungan emas tersebut. Kita boleh menarik dalam bentuk uang minimal senilai 5 gram (sesuai harga beli PT Pegadaian), dengan saldo emas di buku tabungan kita terdapat 5,1 gram. Lalu kita pun bisa mencetak emas yang kita miliki, ini pun sama minimal 5 gram, nah untuk biaya cetak emasnya ini cukup mahal. Harga cetak emas UBS Rp 87.000 untuk 5 gram.

Lalu yang satunya lagi adalah kredit emas. Produk ini memudahkan kita untuk memiliki logam mulia dari mulai 5 gram hingga 1 kg. Buat rekan-rekan yang mampu menyisihkan dana secara tetap, kredit emas ini bisa menjadi pilihan investasi. Di website PT Pegadaian, terdapat simulasi kredit emas ini untuk memudahkan kita memperhitungkan berapa dana yang harus kita sisihkan untuk mendapatkan keping logam mulia yang kita inginkan.
Misal kita ingin memiliki 1 keping logam mulia 10 gram, dicicil selama 12 bulan. Dari hasil simulasi didapatkan:

Total Harga Mulia: Rp 5.591.000
Total Margin: Rp 646.166
Harga Penjualan: Rp 6.237.166
Uang Muka di Bayar *): Rp 1.118.200
Jumlah Pembiayaan: Rp 5.118.966
Angsuran per Bulan: Rp 426.581
*) uang muka ini senilai 20%, bisa jadi 10% apabila dibeli secara kolektif/arisan minimal 6 orang.

Perlu diperhatikan sekali lagi, emas ini pertumbuhannya kecil namun stabil. Saya ingat dulu tahun 2011, harga 1 gram emas itu sekitar Rp 500.000, kini 2017, nilainya Rp 590.000. Hanya bertumbuh 18% saja.

Investasi berikutnya adalah deposito bank. Dulu jika kita ingin buka deposito di bank, kita perlu modal awal puluhan juta rupiah. Kini, hanya dengan modal satu juta rupiah saja, kita sudah bisa memiliki rekening deposito.

Beberapa bank yang memiliki produk tersebut diantaranya, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BRI, Mandiri, BTN, Danamon, dll. Tampaknya semakin banyak bank yang membuat produk yang serupa.

Walau pertumbuhannya rata-rata 5% - 9% saja per tahun, akan tetapi deposito tetap menjadi pilihan yang diminati, karena resiko sangat kecil dan dapat memiliki kepastian pendapatan setiap bulanannya, sesuai nilai uang yang didepositokan. Secara simpelnya, dengan pertumbuhan 5% per tahun maka dalam waktu kurang lebih 14,5 tahun dana kita akan menjadi dua kali lipat dari pokok awalnya. Jika tiap tahun kita tambahkan sejumlah dana lagi ke pokok awal, maka waktu yang dibutuhkan akan jauh lebih singkat. Itulah sebabnya, ada pepatah yang mengatakan keajaiban dunia yang ke delapan adalah bunga berbunga.

Contoh simulasi:
Dana pokok: Rp 1.000.000
Dana tambahan per tahun: Rp 100.000
Bunga per tahun: 5%
Maka dalam waktu 6 tahun, uang kita akan senilai Rp 2.000.000 kurang lebih.

Yang terakhir adalah investasi reksadana. Dulu investasi reksadana perlu modal awal minimal Rp 25 juta. Kini, hanya dengan modal Rp 100.000 - Rp 1.000.000 saja kita bisa memiliki investasi reksadana. Bahkan kini saat pembukaan rekening awal di sekuritas, kita bisa bebas memilih untuk menginvestasikan dana kita ke dalam jual beli saham, reksadana, atau ETF.

Produk reksadana ini semakin populer dengan maraknya perusahaan-perusahaan asuransi yang mengeluarkan berbagai program unit link. Perbedaannya tentu saja, dalam investasi reksadana kita tidak perlu mengeluarkan biaya premi rutin. Bahkan di Indonesia reksadana ini adalah investasi yang bebas pajak. Jadi cukup buka rekening satu kali, pilih reksadana yang sesuai, lalu tinggalkan. Jika ada dana lebih tambahkan, jika tidak ada pun tidak apa-apa. Dibandingkan investasi-investasi yang saya paparkan sebelumnya, reksadana ini memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, namun masih relatif aman, selama kondisi perekonomian lokal dan dunia stabil.

Kita pun bisa melihat dan mengevaluasi kinerja berbagai reksadana yang ada di pasar saat ini. Walau kesannya intimidatif, namun dengan banyak bertanya maka istilah-istilah rumit tersebut akan menjadi mudah.

Reksadana sendiri atau mutual fund, adalah produk sekuritas yang memudahkan kita untuk berinvestasi dalam pasar modal tanpa kita sendiri terjun di dalamnya. Dengan modal bersama, kita mempercayakan investasi kita kepada manajer investasi untuk mengoptimalkan pertumbuhan dana kita selama waktu yang kita inginkan. Tidak ada batasan waktu seperti halnya deposito, kita bisa bisa membeli dan menjual unit reksadana kapan saja kita mau. Namun, untuk pertumbuhan optimal idealnya kita simpan minimal selama satu tahun. Rata-rata pertumbuhan produk reksadana itu 10% per tahun. Nilai ini tergantung produk yang kita pilih, bisa lebih tinggi dan bisa lebih rendah.

Perlu diingat prinsip high risk - high return. Karena tujuan kita berinvestasi adalah untuk dana pensiun dan masa depan, selalulah berhati-hati saat memilih produk investasi. Jangan mudah tergiur return tinggi, jika ada yang menjanjikan return diatas 15% per tahun, kita perlu waspada. Lalu, jangan juga kita menyimpan semua dana kita ke dalam satu jenis investasi. Pilihlah 3-4 jenis investasi untuk diversifikasi, dan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kita tidak akan kerepotan.

Selamat berinvestasi!