Monday, August 29, 2016

Tunas Kelapa

Usia saya sekarang tiga puluh empat tahun. Sudah saatnya saya membagi pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki kepada adik-adik saya. Tidak banyak memang. Saya sangat berharap adik-adik saya dapat mengambil pelajaran dari pengalaman saya, sehingga tidak perlu mengulang kesalahan atau kesulitan yang saya alami.

Sejak tahun 2000 saya mulai masuk beragam bisnis selain kuliah di Unpad dan memberikan les matematika. Beragam usaha sudah saya geluti, dari mulai berdagang sayuran, jadi pedagang alat kesehatan, investasi saham, bisnis online, kuliner, bimbingan belajar, desain grafis, hingga membuat film layar lebar.

Jatuh bangun usaha sudah biasa. Saya percaya tidak mungkin kita digariskan Tuhan untuk terus jatuh, pasti suatu hari akan ada naiknya.

Namun, satu hal dari saya yang tidak berubah. Saya tetap ikut kegiatan kepramukaan. Sejak tahun 1995 saya ikut kegiatan pramuka. Dari saat itu menjadi Penggalang, hingga sekarang saya menjadi seorang Pembina Pramuka Penggalang.

Kegiatan pramuka mengenalkan saya pada kehidupan alam terbuka, yang ternyata mengajarkan saya banyak hal. Bahwa Tuhan itu ada, dan kita bisa tersesat, kehilangan arah. Namun dengan usaha terus-menerus, puncak tujuan pasti tercapai.

Saya menikah pun dengan seorang teman sesama anggota pramuka. Tahun 2011 menikah, dan baru saja dikaruniai satu orang putra yang saat ini berusia 25 bulan. Menjadi orang tua adalah hal baru yang menyenangkan sekaligus menegangkan.

Visi saya lima tahun mendatang ingin membuat sebuah taman belajar. Namanya Taman 123. Di taman itu, siapa saja dapat belajar dan bermain matematika. Sebuah taman yang luas, yang menyediakan segala macam permainan, kemudian buku-buku dari mulai buku untuk anak-anak playgroup hingga kuliahan. Dan tentunya bersama keluarga serta teman-temannya, semua orang bisa rekreasi, berkemah, dan belajar.

Sebagai seorang pembina mahir, saya diajarkan, agar selalu belajar dan berbagi. Learning by doing, doing to earn, earning to live, and living to serve. Semoga saya bisa melunasi hutang-hutang saya dan mencurahkan segala yang dimiliki untuk mengabdi.

Seperti tunas kelapa, saat menjadi pohon kelapa, ia bermanfaat dari mulai akar hingga ujung daunnya. 

Thursday, August 25, 2016

Sebulan Bersama 14 Pyrenean Ibex

Sang kambing gunung berusaha mencapai puncak
Direncanakannya jalur yang paling layak
Dengan seksama melihat tempat berpijak
Mana yang kokoh mana yang tidak
Satu persatu perlahan bergerak 
Yang pertama dan kedua membuka jalan, batu-batu berderak
Yang lain mengikuti berarak
Tak gentar menyaksikan tebing menanjak
Bersama jatuh bangun menuju puncak

Perkenalan saya dengan Pyrenean Ibex dimulai ketika 14 teman-teman kelas 8 SMP Semi Palar menentukan nama kelas. Tema nama kelas tahun ini adalah hewan-hewan yang sangat langka atau baru punah. Muncul nama tersebut yang dirasa oleh teman-teman paling pas dengan karakter kelas mereka. Seekor kambing gunung yang selalu berusaha mencapai puncak tertinggi.

Tahun ini saya kembali dipercaya untuk memfasilitasi teman-teman kelas 8. Bersama seorang kakak perempuan yang sudah sangat berpengalaman di sekolah.

Selama sebulan menemani teman-teman Pyrenean Ibex langsung terasa pancaran dari setiap anak. Ada yang penuh semangat menghadapi tantangan baru, ada yang biasa-biasa saja, ada yang ragu dan tidak yakin. Teman-teman masih beradaptasi dengan kelas yang baru. Namun, kesan kelas 8 berasa "berat" muncul pada sebagian besar anak-anak. Tentu saja akan menantang, karena kelas 8 artinya mereka akan melakukan Perjalanan Besar. Mendatangi kota-kota di Jawa dan melakukan riset di sana.

Cukup banyak catatan yang perlu menjadi perhatian bersama. Seperti perlu meningkatkan kemandirian belajar, kemampuan berkomunikasi, dan manajemen kelompok. Lalu juga mengembangkan kemampuan menulis, menganalisis, berpikir kritis kreatif, serta memecahkan masalah. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut ada satu kunci yang perlu teman-teman miliki, ialah kemauan yang kuat.

Perjalanan teman-teman di mulai dari mengenali peta Jawa. Mereka membuat skala yang sesuai dan mengeksplorasi segala hal mengenai daerah-daerah di Jawa. Dilanjutkan dengan kunjungan ke GKJ Kiaracondong, menggali mengenai sejarah GKJ di Bandung.

Hasil eksplorasi teman-teman akan digenapkan dengan pembuatan board game bertema Jawa. Belajar langsung dari Kak Andre dan Kak Isa (Kummara), teman-teman saat ini tengah mendesain empat buah board game.

Hasilnya seperti apa?

Tentu tergantung kemauan dan kerja keras teman-teman.

Sang kambing gunung berdiri di lereng setapak
Memandang langit berharap melihat puncak
Hanya awan saja terlihat, ujung gunung belum nampak
Perjalanan sudah dimulai, tak bisa mengelak
Bersimbah peluh kami akan terus bergerak

Tuesday, August 23, 2016

Menunggu Sang Merah Putih

Setiap Sabtu saya melihat pengibaran Bendera Merah Putih. Adik-adik saya, para Pramuka Penggalang menyiapkan tiang bendera dengan menyambungkan dua tongkat dan menguntai tali untuk mengerek bendera. Mereka bisa jadi sudah bosan dengan upacara bendera. Setiap Senin di sekolah mereka upacara. Dan saat latihan Pramuka hari Sabtu mereka pun upacara. Karena sudah jadi rutinitas, hilang khidmatnya.

Karena sudah jadi rutinitas, hal menarik kerap terjadi. Seperti melihat beberapa kali adik-adik saya lalai dalam pengibaran maupun penurunan bendera. Posisi bendera terbelit, terbalik, kemudian talinya nyangkut tidak mau naik, sampai tiangnya jatuh karena tidak kuat tali tongkatnya. Saya yakin mereka tidak pernah berniat melakukan itu. Tidak ada kesengajaan. Roman para petugas upacara langsung cemas setiap kali kesalahan terjadi. Itulah yang kerap terjadi. Pastilah ada sisi takut karena telah melakukan kelalaian, namun di lubuk hatinya mereka tahu bendera adalah lambang kedaulatan yang harus selalu di jaga.

Mengapa ini penting? Bendera hanyalah secarik kain yang berkibar. Mengapa harus kita jaga? Mengapa harus dihormati sedemikian rupa hingga muncul banyak aturan, hingga harus upacara setiap minggunya?

Kadang memang sangat kacau jadinya ketika nasionalisme diukur dari seberapa sering Bendera Merah Putih dikibarkan. Sampai ada lomba tata upacara bendera antar sekolahan, demi untuk meningkatkan yang katanya nasionalisme. Padahal saya yakin upacara tanpa makna, tanpa rasa, akan sia-sia. Hanya jadi simbol belaka.

Pada dasarnya nasionalisme adalah fitrahnya manusia. Orang-orang akan selalu ingat tanah kelahirannya. Merindukan untuk pulang. Merasa syukur dapat bertumbuh di sebuah bangsa.

Rasa itulah yang kini tengah dibangun di tempat saya belajar, Rumah Belajar Semi Palar. Mencoba menghilangkan rutinitas agar suasana khidmat saat upacara dapat terwujud. Menggetarkan hati ketika melihat Bendera Merah Putih dikibarkan. Merinding, saat memberikan hormat dan mendengarkan Indonesia Raya dikumandangkan. Tidak mudah memang, tapi upacara tanggal 17 Agustus kemarin membuktikannya.

Saya pribadi selalu takjub melihat Sang Merah Putih, menunggu pengibar membentangkan kain dan kemudian berkata, "Bendera siap!"

Menunggu

Sang Merah Putih sampai di ujung tiang.

Tunggu

Sesungguhnya bukan saya yang menunggu. Sang Merah Putih lah yang menunggu. Menunggu kita untuk bangun.

"Disanalah aku berdiri jadi pandu ibuku"

Friday, August 19, 2016

Menjelang Idul Fitri dan Tahun Pelajaran Baru

Apakah kita sudah mempersiapkan diri untuk menjalani satu tahun yang akan datang?

Saya diajarkan bahwa bermimpi itu gratis. Kamu bisa bermimpi apa saja, tidak ada batasan sama sekali.

Untuk mencapai mimpi tersebut kamu hanya perlu mengenali siapa dirimu sesungguhnya. Semua kelebihan dan kekuranganmu.

Saya seorang yang selalu senang mempelajari hal berbau sains, senang membaca, penyabar, tidak pernah menyerah. Namun pemalas, emosional, senang menunda-nunda pekerjaan, sangat santai. Saya percaya jalani saja, bila sudah takdirnya maka akan terwujud juga.

Saya ingat betul sewaktu sekolah, dari SD hingga kuliah, lebih banyak waktu saya luangkan untuk mempelajari hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan sekolah. Khususnya pramuka dan desain grafis. Tidak ada ambisi untuk masuk ke sekolah atau kuliah favorit. Jalani saja.

Namun prinsip jalani saja tersebut kini jadi bumerang. Di usia saya yang tidak lagi muda, begitu banyak kesalahan-kesalahan yang ntah bagaimana bakal dapat saya perbaiki. Karena waktu tidak dapat diulang kembali.

Maka di malam yang baik ini, ingatlah betul bahwa yang terpenting itu SAAT INI. Karena saat ini yang bermanfaat akan jadi kenangan yang indah. Sekaligus saat ini yang bermanfaat akan jadi pilar-pilar untuk menata masa depan yang cerah.

Tidak ada yang bisa menebak masa depan itu seperti apa, oleh karenanya Doa dan Zikir jadi senjata utama kita untuk menghadapi berbagai situasi.

Tulis mimpimu besar-besar untuk satu tahun yang akan datang, misal masuk SMA/Universitas favorit, menghapal 10 juz Al-Quran, merintis bisnis sendiri, dll. Pecah-pecah jadi langkah-langkah nyata untuk mencapai mimpimu tersebut. Diskusikan dengan keluarga, kakak, guru, dan temanmu. Mintalah Doa. Rutin berzikir dan berdoa. Sangat penting agar Allah SWT memudahkan setiap langkahmu.

Seorang pandu itu setiap hari berbuat kebaikan. Kebaikan apa yang telah kamu perbuat hari ini? Kebaikan untuk orang-orang di sekitarmu? Kebaikan untuk dirimu sendiri?

Sekali Memandu! Tetap Memandu!