Friday, August 9, 2019

Menempati Ruang-ruang Baru

Cosmic ‘Winter’ Wonderland
Bulan lalu saya mengikuti satu seri dokumenter BBC Earth yang berjudul The Planets. Dipandu oleh Prof. Brian Cox, seri tersebut menceritakan bagaimana kita sebagai manusia berhasil mengeksplorasi tata surya hingga batas-batas tertentu, dan menjelaskan bagaimana bumi itu unik, dan menjadi satu-satunya planet yang memiliki kehidupan. Dimulai dari pembentukan matahari sebagai pusat dari tata surya, lalu sisa-sisa dari pembentukan matahari tersebut berkumpul dan beredar/berevolusi dan saling bertumbukan hingga membentuk planet-planet.

Empat planet yang paling dekat dengan matahari adalah merkurius, venus, bumi, dan mars. Empat planet yang memiliki batuan. Lalu ada planet gas raksasa, jupiter dan saturnus, serta di paling luar terdapat planet es, uranus dan neptunus.

Menarik untuk dicermati, karena ketika matahari masih muda cahayanya itu masih redup. Sehingga memungkinkan planet seperti venus dan mars yang bertetanggaan dengan bumi diduga sempat memiliki air yang mengalir.

Namun, seiring dengan usia matahari yang terus bertambah, cahayanya pun semakin kuat, sehingga venus terpanggang akibat dari efek rumah kaca atmosfernya sendiri. Saking panasnya, air hujan menguap sebelum dapat menyentuh permukaan venus. Menjadikan venus sebagai planet terpanas di tata surya, walaupun jaraknya bukan yang terdekat dengan matahari.

Mars pun memiliki nasib yang mirip dengan venus, karena ukurannya yang lebih kecil dari bumi, atmosfer mars diduga tidak dapat bertahan dari serangan badai matahari. Hingga akhirnya mars jadi planet yang tidak bisa mendukung kehidupan seperti bumi.

Bumi adalah satu-satunya planet dalam tata surya yang memiliki keberuntungan jarak yang tepat serta memiliki medan magnet yang membuat atmosfer bumi bertahan dari serangan badai matahari. Keunikan ini berhasil menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk terciptanya air, dan pada akhirnya terciptalah kehidupan di bumi.

Belajar dari tata surya, memang begitulah alam bekerja, seperti acak, namun semua terjadi dengan sangat presisi, seperti sudah diatur demikian. Jika jarak bumi bergeser sedikit saja, atau ukuran dan komposisi pembentuk planetnya tidak pas, maka kehidupan di bumi tidak akan terjadi. Bahkan planet-planet yang jauh seperti jupiter, ternyata berperan untuk menjaga asteroid tetap berada di posisinya berkat tarikan gravitasi yang dimilikinya.

Kelak, matahari pun akan mencapai batasnya, diperkirakan usianya 7 miliar tahun lagi. Matahari akan semakin panas, dan saat itu terjadi kondisi bumi akan seperti planet venus. Tapi bukan tidak mungkin di masa itu manusia telah memiliki teknologi untuk hidup di luar angkasa dan menemukan planet-planet yang bisa dihuni.

Dibandingkan usia alam semesta, maka usia kita manusia hanyalah setitik saja. Namun betapa menakjubkannya, kita berhasil menguak sedikit misteri miliaran tahun pembentukan alam semesta dan tata surya. Kemudian layaknya alam semesta, kita pun tanpa sadar turut berputar mengelilingi pusat alam semesta.

Dalam lingkup kehidupan saya saat ini, Semi Palar itu analoginya adalah matahari, dan seperti halnya di tata surya, ada yang bergerak menjauh dari pusat, ada pula yang mendekat. Semi Palar adalah seperti pusat bagi saya, yang berkat gravitasinya menarik saya untuk beredar dan turut serta bertumbuh dan berkembang. Walau seperti kekacauan, namun semua saling mengisi, ruang-ruang yang kosong selalu berganti ada yang menempati.

Menempati ruang-ruang baru berdasarkan pengalaman saya pribadi selalu tidak mudah. Tahun ini, saya mengambil peran sebagai KJ, lalu tahun ini pula, saya mengambil peran sebagai orang tua yang baru menyekolahkan anaknya. Mengapa tidak mudah? Karena kekacauan selalu menyertai, hingga akhirnya terbentuk garis edar yang stabil. Berapa lama? Tidak ada yang dapat memastikan. Beberapa kekacauan bahkan ada yang terus menyertai dan tidak kunjung selesai.

Kesulitan-kesulitan kerap muncul di tempat-tempat yang tidak terduga. Menguras energi dan emosi, karena setiap hari kita harus tampil prima memfasilitasi teman-teman di kelas dan bekerja sama dengan orangtua. Sementara mungkin kita tengah berbenturan dengan rekan kerja, atau tengah sakit, lalu ada kejadian tidak terduga menyangkut orang-orang/keluarga yang kita sayangi. Seperti hujan asteroid yang diduga memusnahkan era dinosaurus di bumi dulu.

Namun, ruang-ruang baru itulah yang menjadikan kita bisa terus berkembang. Dibutuhkan keberanian dan usaha yang tidak sedikit, bahkan mungkin 'kenekatan', supaya bisa berjalan beriringan menuju pusat yang sama. Menemukan solusi-solusi baru, produk-produk inovatif, demi masa depan pendidikan anak-anak Indonesia.

The purpose of life is to obey the hidden command which ensures harmony among all and creates an ever better world. We are not created only to enjoy the world, we are created in order to evolve the cosmos. 
-Maria Montessori