Sunday, July 23, 2023

Sembilan dan Dua Belas

Dua angka spesial di tahun 2023 ini. Sembilan tahun saya belajar bersama Semi Palar dan dua belas tahun berumah tangga. 

Hidup bagi saya tampak selalu berkutat di masalah yang itu-itu saja. Tapi selalu bersyukur masih diberikan kesehatan dan keluarga yang rukun, serta lingkungan dan teman-teman baik yang selalu membantu saat kesulitan. Saya ingat betul sebelum menikah, Bapak meminta nama lengkap dan tanggal lahir saya dan Teh Santi. Bapak orang yang percaya bahwa semua tanggal itu baik, tapi ada tanggal yang terbaik untuk melakukan segala sesuatu. Seperti untuk pernikahan, pindah rumah, membuat perjanjian, dll.

Dan setelah dihitung ternyata hari baik untuk saya melakukan pernikahan jatuh di 22 Syaban 1432 H atau 23 Juli 2011. Bapak juga berpesan, setelah menikah nanti hidupnya bakal besar pasak daripada tiang. Percaya tidak percaya, hal itulah yang selalu jadi persoalan untuk keluarga kecil saya sampai saat ini. 

Setiap tengah tahun saya coba berefleksi, melihat satu tahun ke belakang, untuk bisa mempersiapkan diri menghadapi satu tahun ke depan. 

Saat saya melihat lagi tulisan-tulisan refleksi lama saya, terlihat ternyata saya belum banyak mengalami perkembangan. Banyak harapan-harapan yang pupus, juga banyak yang belum tercapai. Dan makin terasa, semakin bertambah usia, kemampuan untuk bisa melakukan banyak hal semakin berkurang. Jadi mudah lelah :)

Kejadian-kejadian tahun ini membuktikan saya memang tidak bisa berbuat banyak. Mungkin bisa jadi malah menyulitkan orang-orang di lingkungan saya. Tapi apa pun persoalannya, saya yakin selalu ada jalan keluarnya. Meskipun jalan tersebut tidak selalu terlihat jelas. 

Jika mengingat umur Rasulullah saw, maka sisa usia saya sekitar 22 tahun lagi. Dibandingkan orang-orang, saya saat ini belumlah bisa memberikan apa-apa. Bahkan untuk keluarga sendiri. 

Tapi tentunya tak perlulah membandingkan dengan orang lain. Hal tersebut hanya menandakan, saya masih kurang skill-nya, kurang usahanya, kurang doanya, kurang sedekahnya. 

Tahun ini, permohonan maaf perlu saya sampaikan kepada orang-orang terdekat saya. Mohon maaf sebesar-besarnya, karena selalu "ngaririweuh" dan belum bisa memberikan apa-apa.

Mari tetap optimis. Memberikan usaha dan doa terbaik. 

Sebagai penutup, berikut sembilan hal yang saya harap bisa segera saya atasi dan kuasai:

  • Melunasi hutang-hutang
  • Mempunyai tabungan untuk hari tua
  • Membuat perencanaan yang detail dan terstruktur
  • Disiplin dengan target-target yang sudah dibuat
  • Mengelola waktu dan prioritas
  • Hidup sehat
  • Memiliki waktu berkualitas bersama keluarga
  • Membuat karya (buku, video, podcast, artikel, dll)
  • Regenerasi Pramuka

Terima kasih untuk teman-teman dan keluarga, yang selalu bersabar, dan percaya kepada saya. Semoga seperti hasduk pramuka yang setiap hari Sabtu saya pakai, yang berbentuk kain segitiga mitela, perlambang seorang pandu yang terampil dan selalu siap menolong. Semoga saya senantiasa bisa berbuat baik dan membantu orang-orang di sekitar saya.

Sunday, July 9, 2023

Mempersiapkan Diri



"Be Prepared" - "Sedia"

Motto Baden Powell yang selalu saya ingatkan kepada adik-adik saya di gugus depan.

Bulan Juli ini setelah sekian lama pandemi, akhirnya kami bisa mengadakan kembali perkemahan gugus depan. Meskipun hanya diikuti oleh 8 orang putri dan 11 orang putra, namun rasanya sangat meriah. Curug Tilu Leuwi Opat yang terletak di kawasan CIC Parongpong, Kab. Bandung Barat jadi lokasi perkemahan kali ini. Adik-adik sejak jauh hari sudah bertanya kapan kita bisa mengadakan kegiatan berkemah. Karena mereka mengaku hanya pernah berkemah satu malam saja dan menurut adik-adik kurang terasa perkemahannya. Kecuali bagi adik-adik yang pernah ikut kegiatan Jambore.

Diputuskanlah perkemahan kali ini akan dilaksanakan selama tiga hari dua malam. Tepatnya tanggal 3-5 Juli 2023. Berangkat hari Senin pagi, dan pulang hari Rabu siang. Tentunya persiapan harus matang. Dari mulai persiapan fisik, survey lokasi, latihan packing, mendirikan tenda, dan juga memasak. List peralatan pribadi dan regu kami susun bersama, serta tentunya izin dari orang tua dan pihak sekolah.

Sangat menarik melihat adik-adik mempersiapkan segala sesuatunya. Mengelola keuangan seperti transport, sewa alat-alat kemah, serta belanja bahan-bahan makanan mereka lakukan secara mandiri. Benarlah ucapan Baden Powell, “A week of camp life is worth six months of theoretical teaching in the meeting room.” Terlihat bagaimana adik-adik bekerja sama, mempersiapkan perkemahan, kemudian mencari solusi ketika menemui persoalan. Bagi saya pribadi, kegiatan perkemahan adalah perlambang kehidupan kita sehari-hari. Kita akan mengalami kelelahan karena harus membawa beban ransel yang berat dan juga menemui banyak rintangan saat berkegiatan di alam. Namun dengan bergotong royong dan bekerja sama, semua hal tersebut bisa diatasi dengan riang gembira. Saya ingat bagaimana adik-adik tetap saling menyemangati dan saling membantu ketika harus hiking melewati track yang sulit dan cukup jauh menuju Curug Putri. Atau ketika adik-adik saling menjaga ketika ada sekawanan monyet yang menyerbu kavling perkemahan adik-adik. 

Sepulangnya dari perkemahan tentu adik-adik tidak boleh berhenti. Tetaplah belajar, tetaplah meningkatkan keterampilan dan kecakapan adik-adik. Di masa depan kelak, adik-adik akan mengalami kembali rintangan-rintangan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Saya selalu belajar hal baru ketika mengikuti perkemahan. Saya belajar, tidak boleh merasa karena sudah pembina maka tidak perlu lagi meningkatkan kecakapan. Justru perkemahan adalah waktu yang pas untuk mengasah kecakapan. Saya pun belajar untuk lebih sabar saat mendampingi adik-adik. Karena seperti menanam pohon, hasilnya tidak akan mungkin kita lihat saat itu juga. Dan belajar untuk selalu mempersiapkan diri, selalu sedia, menjadi tempat bertanya dan berdiskusi bagi adik-adik. 

Saya pernah ditanya, "Mengapa suka kegiatan pramuka? Karena kan pramuka itu melelahkan." Jawabannya adalah karena berkegiatan di alam terbuka bersama adik-adik yang selalu membuat kangen. Dan juga sebagai pembina, pengalaman bisa melantik salah satu adik-adik adalah pengalaman yang selalu dinanti. Seperti saat hari terakhir perkemahan kemarin, akhirnya salah satu anggota pasukan putra berhasil menyelesaikan SKU dan siap dilantik menjadi penggalang ramu. Sambil memegang ujung bendera merah putih di dada, mengucapkan Trisatya, "Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh, menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mengamalkan pancasila, menolong sesama hidup, dan mempersiapkan diri membangun masyarakat, menepati dasa darma." Hormat saya untuk adik-adik yang terus semangat meningkatkan kecakapannya. Semoga bekal pendidikan kepramukaan bisa menjadi salah satu skill yang bermanfaat untuk adik-adik kelak di masa depan. Ingatlah seorang pramuka itu tidak pernah berputus asa dan selalu gembira.