Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Sunday, July 9, 2023

Mempersiapkan Diri



"Be Prepared" - "Sedia"

Motto Baden Powell yang selalu saya ingatkan kepada adik-adik saya di gugus depan.

Bulan Juli ini setelah sekian lama pandemi, akhirnya kami bisa mengadakan kembali perkemahan gugus depan. Meskipun hanya diikuti oleh 8 orang putri dan 11 orang putra, namun rasanya sangat meriah. Curug Tilu Leuwi Opat yang terletak di kawasan CIC Parongpong, Kab. Bandung Barat jadi lokasi perkemahan kali ini. Adik-adik sejak jauh hari sudah bertanya kapan kita bisa mengadakan kegiatan berkemah. Karena mereka mengaku hanya pernah berkemah satu malam saja dan menurut adik-adik kurang terasa perkemahannya. Kecuali bagi adik-adik yang pernah ikut kegiatan Jambore.

Diputuskanlah perkemahan kali ini akan dilaksanakan selama tiga hari dua malam. Tepatnya tanggal 3-5 Juli 2023. Berangkat hari Senin pagi, dan pulang hari Rabu siang. Tentunya persiapan harus matang. Dari mulai persiapan fisik, survey lokasi, latihan packing, mendirikan tenda, dan juga memasak. List peralatan pribadi dan regu kami susun bersama, serta tentunya izin dari orang tua dan pihak sekolah.

Sangat menarik melihat adik-adik mempersiapkan segala sesuatunya. Mengelola keuangan seperti transport, sewa alat-alat kemah, serta belanja bahan-bahan makanan mereka lakukan secara mandiri. Benarlah ucapan Baden Powell, “A week of camp life is worth six months of theoretical teaching in the meeting room.” Terlihat bagaimana adik-adik bekerja sama, mempersiapkan perkemahan, kemudian mencari solusi ketika menemui persoalan. Bagi saya pribadi, kegiatan perkemahan adalah perlambang kehidupan kita sehari-hari. Kita akan mengalami kelelahan karena harus membawa beban ransel yang berat dan juga menemui banyak rintangan saat berkegiatan di alam. Namun dengan bergotong royong dan bekerja sama, semua hal tersebut bisa diatasi dengan riang gembira. Saya ingat bagaimana adik-adik tetap saling menyemangati dan saling membantu ketika harus hiking melewati track yang sulit dan cukup jauh menuju Curug Putri. Atau ketika adik-adik saling menjaga ketika ada sekawanan monyet yang menyerbu kavling perkemahan adik-adik. 

Sepulangnya dari perkemahan tentu adik-adik tidak boleh berhenti. Tetaplah belajar, tetaplah meningkatkan keterampilan dan kecakapan adik-adik. Di masa depan kelak, adik-adik akan mengalami kembali rintangan-rintangan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Saya selalu belajar hal baru ketika mengikuti perkemahan. Saya belajar, tidak boleh merasa karena sudah pembina maka tidak perlu lagi meningkatkan kecakapan. Justru perkemahan adalah waktu yang pas untuk mengasah kecakapan. Saya pun belajar untuk lebih sabar saat mendampingi adik-adik. Karena seperti menanam pohon, hasilnya tidak akan mungkin kita lihat saat itu juga. Dan belajar untuk selalu mempersiapkan diri, selalu sedia, menjadi tempat bertanya dan berdiskusi bagi adik-adik. 

Saya pernah ditanya, "Mengapa suka kegiatan pramuka? Karena kan pramuka itu melelahkan." Jawabannya adalah karena berkegiatan di alam terbuka bersama adik-adik yang selalu membuat kangen. Dan juga sebagai pembina, pengalaman bisa melantik salah satu adik-adik adalah pengalaman yang selalu dinanti. Seperti saat hari terakhir perkemahan kemarin, akhirnya salah satu anggota pasukan putra berhasil menyelesaikan SKU dan siap dilantik menjadi penggalang ramu. Sambil memegang ujung bendera merah putih di dada, mengucapkan Trisatya, "Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh, menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mengamalkan pancasila, menolong sesama hidup, dan mempersiapkan diri membangun masyarakat, menepati dasa darma." Hormat saya untuk adik-adik yang terus semangat meningkatkan kecakapannya. Semoga bekal pendidikan kepramukaan bisa menjadi salah satu skill yang bermanfaat untuk adik-adik kelak di masa depan. Ingatlah seorang pramuka itu tidak pernah berputus asa dan selalu gembira.

Friday, May 15, 2015

Sedikit Mengenai Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD)

Sistem Among
Mengenai pendidikan, fokus utama KHD bukan pada murid-murid, tetapi pada sosok guru. Guru jadi sentral, karena guru itu digugu dan ditiru. Sementara murid itu ibarat tanaman Jati. Ditanam sekarang, hasilnya baru bisa dilihat 20-30 tahun lagi.
Bangsa kita sekarang kena penyakit tidak paham proses. Penyakit berbahaya yang menyebabkan orang-orang berorientasi pada hasil akhir saja. Tidak memahami/menghargai proses menuju hasil akhir.
Pemikiran KHD sangat berorientasi proses. Saat prosesnya bagus insya Allah hasilnya bagus. Untuk itu diperlukan sosok guru yang baik, yang mengayomi.
Dirangkum dengan sangat baik oleh KHD dalam 3 poin:
1. Ing ngarso sung tulodo. Di depan memberi teladan.
2. Ing madyo mangun karso. Di tengah membangun kemauan/karsa.
3. Tut wuri handayani. Di belakang mendorong untuk maju.
Ada berapa banyak guru-gurumu yang menerapkan 3 poin KHD tersebut?
Seorang guru haruslah bisa melihat kebaikan dari setiap muridnya. Tidak bisa ia membuang sebagian muridnya dikarenakan nakal/bodoh.
Tugas guru lah saat melihat kebobrokan seorang anak, ia mencari kebaikan anak itu dan memanfaatkannya untuk memperbaiki keburukan2nya.
Seorang guru pun tidak bisa melepaskan titel gurunya selepas pulang sekolah. Sama seperti halnya pembina pramuka atau pemuka agama. Di mana pun berada, tingkah laku dan ucapannya akan selalu diperhatikan.
Karenanya berbahaya sekali apabila guru itu dianggap sebagai profesi. Karena guru itu haruslah sebuah pengabdian.
Jadi, tugas berat pendidikan Indonesia saat ini bukan infrastruktur, bukan kurikulum. Tetapi membenahi guru-guru di seluruh nusantara.