Showing posts with label Refleksi. Show all posts
Showing posts with label Refleksi. Show all posts

Sunday, July 23, 2023

Sembilan dan Dua Belas

Dua angka spesial di tahun 2023 ini. Sembilan tahun saya belajar bersama Semi Palar dan dua belas tahun berumah tangga. 

Hidup bagi saya tampak selalu berkutat di masalah yang itu-itu saja. Tapi selalu bersyukur masih diberikan kesehatan dan keluarga yang rukun, serta lingkungan dan teman-teman baik yang selalu membantu saat kesulitan. Saya ingat betul sebelum menikah, Bapak meminta nama lengkap dan tanggal lahir saya dan Teh Santi. Bapak orang yang percaya bahwa semua tanggal itu baik, tapi ada tanggal yang terbaik untuk melakukan segala sesuatu. Seperti untuk pernikahan, pindah rumah, membuat perjanjian, dll.

Dan setelah dihitung ternyata hari baik untuk saya melakukan pernikahan jatuh di 22 Syaban 1432 H atau 23 Juli 2011. Bapak juga berpesan, setelah menikah nanti hidupnya bakal besar pasak daripada tiang. Percaya tidak percaya, hal itulah yang selalu jadi persoalan untuk keluarga kecil saya sampai saat ini. 

Setiap tengah tahun saya coba berefleksi, melihat satu tahun ke belakang, untuk bisa mempersiapkan diri menghadapi satu tahun ke depan. 

Saat saya melihat lagi tulisan-tulisan refleksi lama saya, terlihat ternyata saya belum banyak mengalami perkembangan. Banyak harapan-harapan yang pupus, juga banyak yang belum tercapai. Dan makin terasa, semakin bertambah usia, kemampuan untuk bisa melakukan banyak hal semakin berkurang. Jadi mudah lelah :)

Kejadian-kejadian tahun ini membuktikan saya memang tidak bisa berbuat banyak. Mungkin bisa jadi malah menyulitkan orang-orang di lingkungan saya. Tapi apa pun persoalannya, saya yakin selalu ada jalan keluarnya. Meskipun jalan tersebut tidak selalu terlihat jelas. 

Jika mengingat umur Rasulullah saw, maka sisa usia saya sekitar 22 tahun lagi. Dibandingkan orang-orang, saya saat ini belumlah bisa memberikan apa-apa. Bahkan untuk keluarga sendiri. 

Tapi tentunya tak perlulah membandingkan dengan orang lain. Hal tersebut hanya menandakan, saya masih kurang skill-nya, kurang usahanya, kurang doanya, kurang sedekahnya. 

Tahun ini, permohonan maaf perlu saya sampaikan kepada orang-orang terdekat saya. Mohon maaf sebesar-besarnya, karena selalu "ngaririweuh" dan belum bisa memberikan apa-apa.

Mari tetap optimis. Memberikan usaha dan doa terbaik. 

Sebagai penutup, berikut sembilan hal yang saya harap bisa segera saya atasi dan kuasai:

  • Melunasi hutang-hutang
  • Mempunyai tabungan untuk hari tua
  • Membuat perencanaan yang detail dan terstruktur
  • Disiplin dengan target-target yang sudah dibuat
  • Mengelola waktu dan prioritas
  • Hidup sehat
  • Memiliki waktu berkualitas bersama keluarga
  • Membuat karya (buku, video, podcast, artikel, dll)
  • Regenerasi Pramuka

Terima kasih untuk teman-teman dan keluarga, yang selalu bersabar, dan percaya kepada saya. Semoga seperti hasduk pramuka yang setiap hari Sabtu saya pakai, yang berbentuk kain segitiga mitela, perlambang seorang pandu yang terampil dan selalu siap menolong. Semoga saya senantiasa bisa berbuat baik dan membantu orang-orang di sekitar saya.

Saturday, April 22, 2023

Gerhana Matahari, Hari Bumi, Idul Fitri

Memperhatikan bulan saat berpuasa terasa berbeda. Mungkin karena saat berpuasa saya menunggu-nunggu kapan datangnya awal bulan, bulan purnama, dan akhir bulan.  

Dilansir dari laman bmkg.co.id, "Dari sejumlah fase Bulan, terdapat empat fase utama, yaitu fase bulan baru, fase setengah purnama awal (perempat pertama), fase purnama, dan fase setengah purnama akhir (perempat akhir). Periode revolusi Bulan pada bidang orbitnya dihitung dari posisi fase bulan baru ke fase setengah purnama awal ke fase purnama ke fase setengah purnama akhir dan kembali ke fase bulan baru disebut sebagai periode sinodis, yang secara rata-rata ditempuh dalam waktu 29,53059 hari (29 hari 12 jam 44 menit 3 detik)."

Berbeda dengan periode matahari, periode bulan berlangsung lebih cepat. Jika kalender matahari (masehi) penanggalannya berjumlah 365-366 hari, maka pada kalender bulan (hijriah) penanggalannya berjumlah 354-355 hari. Berbeda sekitar 10 hari. Kalender bulan juga memiliki kabisat. Tahun biasa mempunyai jumlah hari sebanyak 354, sedangkan tahun kabisat berjumlah 355 hari. Satu hari tersebut ditambahkan pada bulan Zulhijah. Pada kalender Hijriah, ditentukan 11 tahun kabisat dalam periode 30 tahun. Tahun kabisat tersebut, yaitu tahun ke-2, ke-5, ke-7, ke-10, ke-13, ke-16, ke-18, ke-21, ke-24, ke-26 dan ke-29 (kompas.com). 

Contohnya tahun 1443 dibagi 30 adalah 48 dan sisa 3. Maka tahun 1443 H adalah tahun kabisat dan tahun 1444 H adalah tahun biasa.

Bulan Ramadan tahun ini juga terasa berbeda. Selain karena PPKM sudah tidak berlaku, saya dan keluarga berpuasa di kontrakan dekat sekolah. Kegiatan-kegiatan seperti berbuka puasa bersama dan Pasar Ramadan Smipa juga kembali dilaksanakan.

Namun, yang paling menarik adalah kejadian-kejadian di akhir bulan Ramadan tahun ini. Tanggal 20 April terjadi gerhana matahari, lalu tanggal 21 April menandai hari terakhir bulan Ramadan, dan tanggal 22 April adalah Hari Raya Idul Fitri yang juga ternyata berbarengan dengan Hari Bumi.

Menghitung tanggal-tanggal adalah salah satu bagian dari budaya di keluarga. Saya ingat betul bagaimana Bapak dan Uwa menghitung hari baik untuk saya menikah, pindahan rumah, dan sebagainya. Saya sendiri kurang mengerti bagaimana cara menentukan hari baik tersebut, tapi Bapak sangat yakin dengan hal tersebut. Beliau selalu bilang, semua hari itu baik, tapi ada hari yang terbaik. Walaupun sayang ilmu hitung-menghitung tersebut tidak menurun ke anak-cucu, karena buku kitabnya sudah hilang bersamaan dengan wafatnya Uwa.

Gerhana matahari adalah tanda-tanda alam, berkat pola orbit matahari dan bulan yang teratur kita dapat dengan akurat memperhitungkan kapan terjadi gerhana, atau kapan lebaran akan terjadi tahun depan. Berkat memahami pola tersebut, kita juga dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk bercocok tanam, hingga kapan panen tiba. Kapan harus pergi melaut agar dapat ikan yang melimpah, dan kapan harus berlabuh. Jadi wajar jika orang-orang zaman dulu sampai membuat kalender untuk menentukan hari baik, karena semuanya berpola. 

Pola ini juga berlaku supaya kita bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Bapak berpesan, menjalani hidup itu harus dengan ilmunya. Kita mungkin hidup susah atau miskin, tapi dengan ilmu, kita akan bisa memperoleh kebahagiaan.

Kuncinya adalah dengan terus berbuat baik. Resep untuk bahagia di dunia dan akhirat adalah berbuat baik kepada orang tua, kepada keluarga, kepada orang lain, dan kepada bumi. 

Pesan yang sama yang selalu dikumandangkan oleh para alim ulama. Memasuki bulan baru, yaitu bulan Syawal, semoga kita semua diberikan kekuatan dan kemudahan untuk senantiasa berbuat kebaikan.


Sumber: 

BMKG

Kompas

Friday, August 9, 2019

Menempati Ruang-ruang Baru

Cosmic ‘Winter’ Wonderland
Bulan lalu saya mengikuti satu seri dokumenter BBC Earth yang berjudul The Planets. Dipandu oleh Prof. Brian Cox, seri tersebut menceritakan bagaimana kita sebagai manusia berhasil mengeksplorasi tata surya hingga batas-batas tertentu, dan menjelaskan bagaimana bumi itu unik, dan menjadi satu-satunya planet yang memiliki kehidupan. Dimulai dari pembentukan matahari sebagai pusat dari tata surya, lalu sisa-sisa dari pembentukan matahari tersebut berkumpul dan beredar/berevolusi dan saling bertumbukan hingga membentuk planet-planet.

Empat planet yang paling dekat dengan matahari adalah merkurius, venus, bumi, dan mars. Empat planet yang memiliki batuan. Lalu ada planet gas raksasa, jupiter dan saturnus, serta di paling luar terdapat planet es, uranus dan neptunus.

Menarik untuk dicermati, karena ketika matahari masih muda cahayanya itu masih redup. Sehingga memungkinkan planet seperti venus dan mars yang bertetanggaan dengan bumi diduga sempat memiliki air yang mengalir.

Namun, seiring dengan usia matahari yang terus bertambah, cahayanya pun semakin kuat, sehingga venus terpanggang akibat dari efek rumah kaca atmosfernya sendiri. Saking panasnya, air hujan menguap sebelum dapat menyentuh permukaan venus. Menjadikan venus sebagai planet terpanas di tata surya, walaupun jaraknya bukan yang terdekat dengan matahari.

Mars pun memiliki nasib yang mirip dengan venus, karena ukurannya yang lebih kecil dari bumi, atmosfer mars diduga tidak dapat bertahan dari serangan badai matahari. Hingga akhirnya mars jadi planet yang tidak bisa mendukung kehidupan seperti bumi.

Bumi adalah satu-satunya planet dalam tata surya yang memiliki keberuntungan jarak yang tepat serta memiliki medan magnet yang membuat atmosfer bumi bertahan dari serangan badai matahari. Keunikan ini berhasil menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk terciptanya air, dan pada akhirnya terciptalah kehidupan di bumi.

Belajar dari tata surya, memang begitulah alam bekerja, seperti acak, namun semua terjadi dengan sangat presisi, seperti sudah diatur demikian. Jika jarak bumi bergeser sedikit saja, atau ukuran dan komposisi pembentuk planetnya tidak pas, maka kehidupan di bumi tidak akan terjadi. Bahkan planet-planet yang jauh seperti jupiter, ternyata berperan untuk menjaga asteroid tetap berada di posisinya berkat tarikan gravitasi yang dimilikinya.

Kelak, matahari pun akan mencapai batasnya, diperkirakan usianya 7 miliar tahun lagi. Matahari akan semakin panas, dan saat itu terjadi kondisi bumi akan seperti planet venus. Tapi bukan tidak mungkin di masa itu manusia telah memiliki teknologi untuk hidup di luar angkasa dan menemukan planet-planet yang bisa dihuni.

Dibandingkan usia alam semesta, maka usia kita manusia hanyalah setitik saja. Namun betapa menakjubkannya, kita berhasil menguak sedikit misteri miliaran tahun pembentukan alam semesta dan tata surya. Kemudian layaknya alam semesta, kita pun tanpa sadar turut berputar mengelilingi pusat alam semesta.

Dalam lingkup kehidupan saya saat ini, Semi Palar itu analoginya adalah matahari, dan seperti halnya di tata surya, ada yang bergerak menjauh dari pusat, ada pula yang mendekat. Semi Palar adalah seperti pusat bagi saya, yang berkat gravitasinya menarik saya untuk beredar dan turut serta bertumbuh dan berkembang. Walau seperti kekacauan, namun semua saling mengisi, ruang-ruang yang kosong selalu berganti ada yang menempati.

Menempati ruang-ruang baru berdasarkan pengalaman saya pribadi selalu tidak mudah. Tahun ini, saya mengambil peran sebagai KJ, lalu tahun ini pula, saya mengambil peran sebagai orang tua yang baru menyekolahkan anaknya. Mengapa tidak mudah? Karena kekacauan selalu menyertai, hingga akhirnya terbentuk garis edar yang stabil. Berapa lama? Tidak ada yang dapat memastikan. Beberapa kekacauan bahkan ada yang terus menyertai dan tidak kunjung selesai.

Kesulitan-kesulitan kerap muncul di tempat-tempat yang tidak terduga. Menguras energi dan emosi, karena setiap hari kita harus tampil prima memfasilitasi teman-teman di kelas dan bekerja sama dengan orangtua. Sementara mungkin kita tengah berbenturan dengan rekan kerja, atau tengah sakit, lalu ada kejadian tidak terduga menyangkut orang-orang/keluarga yang kita sayangi. Seperti hujan asteroid yang diduga memusnahkan era dinosaurus di bumi dulu.

Namun, ruang-ruang baru itulah yang menjadikan kita bisa terus berkembang. Dibutuhkan keberanian dan usaha yang tidak sedikit, bahkan mungkin 'kenekatan', supaya bisa berjalan beriringan menuju pusat yang sama. Menemukan solusi-solusi baru, produk-produk inovatif, demi masa depan pendidikan anak-anak Indonesia.

The purpose of life is to obey the hidden command which ensures harmony among all and creates an ever better world. We are not created only to enjoy the world, we are created in order to evolve the cosmos. 
-Maria Montessori

Monday, November 26, 2018

Sebuah Catatan

Mengapa begitu sulit untuk berubah jadi lebih baik?

Satu semester sudah habis. Apakah ada perubahan berarti bagi diriku? Apakah aku menjadi lebih baik? Apakah aku tengah bergerak menuju atau malah menjauhi cita-citaku? Apakah aku semakin percaya diri atau malah tidak yakin dengan kemampuanku? Apakah aku semakin dekat atau semakin jauh dengan teman-temanku?

Apakah aku terus mengeluh setiap hari? Apakah aku bercanda terus? Apakah aku sudah menghargai orang-orang di sekitarku? Apakah aku masih menunda-nunda pekerjaan? Apakah aku sudah bisa mengatur waktuku? Apakah aku malah menyia-nyiakan hidupku?

Mengapa begitu sulit untuk berubah jadi lebih baik?

Setiap hari saat bangun dari tidur. Apakah aku siap menghadapi hari? Apakah aku tahu apa yang ingin aku capai hari ini? Apakah aku berani menghadapi tantangan hari ini? Apakah aku takut? Apakah aku bisa hadir sepenuhnya hari ini?

Saat malam hari tiba. Aku kembali bertanya. Apakah aku sudah bisa membantu orang lain? Apakah aku sudah berbuat satu kebaikan? Apakah aku sudah melakukan yang terbaik? Apakah aku lebih banyak jujur atau berbohong? Jika aku tertidur dan bangun lagi, apakah aku akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama? Jika aku tertidur dan tidak bangun lagi, apakah bekal hidupku sudah cukup?

Mengapa begitu sulit untuk berubah jadi lebih baik?

Apakah aku sungguh-sungguh ingin berubah?

Saturday, September 1, 2018

Ruh Itu Tidak Mati

Jumat, 31 Agustus 2018, 21:00

Ada telepon via wa masuk, memberi kabar nenek saya dari pihak ibu meninggal dunia sekitar pukul setengah 8 malam. Nenek memang sudah sepuh, dan sakit-sakitan, namun tetap saja malam itu tidak ada tanda-tanda beliau sakit. Malam itu nenek minta dibelikan roti oleh sepupu saya. Namun saat kembali nenek sudah tiada.

Ke-riweuh-an langsung muncul. Gimana caranya ngasih tahu ibu? Karena malam itu juga bapak lagi tidak ada di rumah, karena kebetulan sedang ada di rumah ibu tiri saya.

"Bapak gak akan ke Metro, besok pagi langsung ke Cimahi pake angkot." Begitu kabar dari bapak. Jadi weh, tugas saya yang harus ngasih tahu ibu.

Setelah berdiskusi dengan adik-adik, sepakat dikasihtahunya besok pagi aja, karena mun malem langsung dikasihtahu, kemungkinan ibu kambuh sakitnya dan jadi double riweuhnya.

Teh Santi mah bilangnya, udah aja langsung malam ini ke Cimahi bareng ibu. Ibu pasti ingin lihat nenek untuk terakhir kali. Sementara buat saya pribadi sebetulnya kalau udah meninggal kan udah gak bisa diajak ngobrol yah? Jadi untuk apa lihat doang? Bukannya malah bikin tambah sedih yah?

Ke-riweuh-an lainnya, besok saya harus mendampingi anak-anak pramuka SMPN 13 hiking ke Dago Pakar. Dibatalkan aja gitu?

Ah sarekeun we lah...

Sabtu, 1 September 2018, 03:00

Alarm berbunyi. Teh Santi ngebangunin untuk siap-siap ke Metro. Semalem mimpi malah mimpi yg aneh-aneh, mungkin karena hari ini bangunnya kepagian.

Setelah beberes, dan salat subuh, saya berangkat pake gojek ke rumah ibu, lalu mengabari lewat grup line pramuka, saya akan datang telat untuk kegiatan hiking hari ini karena semalam nenek meninggal dunia.

Sampai di metro, ibu terbangun karena saya datang. Ibu lagi tiduran di kasur di ruang tengah. Saya duduk di sebelahnya, langsung bilang, "Bu, nenek ngantunkeun, tadi malam jam setengah 8. Sekarang semuanya, bapak dan adik-adik lagi otw Cimahi. Hayu Bu berangkat" Ibu kaget sebentar, terus langsung bangun. Saya tawarin untuk mandi dulu, gak usah katanya. Jadi ibu hanya ganti baju, dan pakai kerudung.

Bersama adik saya yang bungsu, berangkatlah kami ke Cimahi pakai grab.

Sampai di Cimahi, bapak sudah ada di sana. Nenek sudah dimandikan dan disalatkan. Ibu hanya lihat sebentar terus langsung keluar lagi dan mau pulang. Tapi oleh paman ditahan supaya mau tinggal sampai pemakaman beres.

07:00

Adik-adik saya datang. Saya lalu pamit, untuk berangkat ke 13 terus ke rumah. Rencana awalnya, saya ke 13 terus minta ada yg gantikan nemenin anak-anak hiking, terus ke rumah, jemput Teh Santi dan anak-anak, terus balik lagi ke Cimahi. Biar keburu lihat nenek dimakamkan.

Tapi di 13 ternyata gak ada yang lain yang bisa menggantikan saya, cuma ada saya sendiri. Anak-anak ber-18 orang sudah siap untuk berangkat. Ya sudah, berarti ganti rencana. Nemenin anak-anak hiking dulu, siang pulang ke rumah, sore ke Cimahi lagi.

10:00

Keluarga pada nanya, saya ada di mana. Saya bilang, "Lagi nemenin anak-anak pramuka di Dago Pakar." Sigana teh, di benak keluarga, kumaha si aa teh batur keur riweuh ieu kalahka ulin.

12:00

Anak-anak senang dan cape, jalan dari Terminal Dago - Curug Dago - PLTA Bengkok - Gua Jepang - Gua Belanda. Teriak-teriak dalam gua, dan ketemu banyak monyet di sekitar gua. Terus karena sayanya tiis, tanpa ekspresi, kejadian nenek meninggal, tidak berpengaruh.

14:30

Sampai di rumah. Akhirnya bisa makan, dari pagi belum makan, dan terus siap-siap ke Cimahi.

16:00

Stasiun Kiaracondong, cukup penuh. Biar murah, ke Cimahinya pakai kereta. Pas kereta datang, hujan turun.

17:30

Alhamdulillah akhirnya sampai di Cimahi lagi. Teh Santi bantu beberes bentar, sambil jagain dua bocah, terus selepas maghrib ikut acara tahlilan.

Minggu, 2 September 2018, 2:20

Masih di Cimahi, karena kecapean, semalam jadinya nginep di rumah nenek. Sekarang saya bangun, karena tengah malam Shihab ngompol. Jadi malah gak bisa tidur lagi.

Disebut meninggal, itu karena dua hal: jantung berhenti berdetak atau otak berhenti berfungsi. Tapi ruh itu tidak mati. Ruhnya tetap hidup. Walau mungkin bagi yang ateis mah, habis mati ya sudah, gak ada apa-apa lagi.

Seperti apa ya kehidupan setelah kematian?

Jawabannya: sama seperti hidup, pada akhirnya semua akan mencari titik kesetimbangan. Alam semesta selalu berlaku demikian. Seperti organ tubuh kita menyeimbangkan diri dengan homeostasis, lalu hukum konservasi/kekekalan energi, pada akhirnya kematian pun sama, semua seimbang dengan tubuh kita yang kembali ke tanah, dan ruh kita yang kembali pulang kepada Tuhan Sang Maha Pencipta Keseimbangan.

Ingatan saya tentang nenek hanya selewat-selewat. Saya ingat sewaktu kecil sering jalan-jalan dengan nenek di Cimahi, beliau seorang guru, dan sangat hobi bersih-bersih.

Sewaktu saya dewasa, hubungan dengan nenek seringkali dalam waktu seperti saat lebaran atau saat nenek ngasih tahu ibu saya datang ke Cimahi sendirian. Pernah satu kejadian, saya datang malam-malam ke Cimahi untuk jemput ibu. Terus karena sudah tengah malam, akhirnya nginep di sana. Subuh datang, nenek membangunkan saya, "Aa, ibu mana?" Saya langsung bangun, mencari, ternyata ibu sudah pergi lagi, ntah kemana sewaktu saya tidur.

Selamat jalan nenek, hampura ieu incu nu sok bedegong, hampura pun biang sok ngaririweuh nenek, mudah-mudahan amal ibadah nenek ditampi ku Allah SWT. Aamiin.

Wednesday, June 13, 2018

Butuh Waktu Berapa Lama Sampai Kamu Menyadarinya?

Apa itu kebenaran? Apakah itu hanya hasil kesepakatan bersama? Kalau begitu bumi ini bisa datar atau bulat, tergantung kita bersepakat dengan pendapat yang mana.

Disebut benar, apakah itu pendapat seorang tokoh? Karena dia berkata demikian, maka pasti benar. Kalau begitu caranya, kebenaran itu ada banyak, tergantung sudut pandang kita.

Apakah disebut benar kalau itu dapat dirasakan oleh panca indra kita? Tapi setiap orang boleh jadi merasakan hal yang berbeda.

Jadi bagaimana kita tahu kebenaran?

Kebenaran itu hanya ada satu. Kebenaran tidak tergantung panca indra atau pendapat kita. Ia memang begitu adanya. Berlaku seperti hukum alam. Berupa suatu fenomena yang terus berulang. Pasti terjadi seperti datangnya siang dan malam.

Sayangnya saya kerap mengabaikan kebenaran.

"Waktu terus berlalu, takkan pernah kembali", adalah salah satu kebenaran yang selalu saya lupakan.

Masih ada nanti, masih ada besok, itu bukanlah kebenaran, melainkan pembenaran.

Saat mencari kebenaran, panca indra dan pikiran saya seringkali menipu. Saya lebih sering mencari 'kebenaran' yang saya sukai saja. Saya takut menghadapi kebenaran.

Seperti saat masuk pertengahan bulan, dan melihat rekening kosong, kebenaran itu selalu sulit diterima. Terutama saat ada keluarga yang sedang membutuhkan.

Seperti saat pagi tiba, bagaimana tubuh ini memaksa untuk tetap tidur, padahal tidak ada apapun yang mengikat saya di tempat tidur.

Seperti saat melihat diri saya sendiri, mengapa takut menghadapi perubahan? Sementara perubahan itu senantiasa pasti terjadi.

Di nurani terdalam, kebenaran itu satu. Ia tidak disusupi nafsu, maupun pendapat kita. Lewat kebenaran itu kita dapat memimpin dan mengambil keputusan setiap harinya.

Cara yang paling mudah menemukan kebenaran adalah dengan melakukan kesalahan. 

Hari ini benar adalah hari-hari terakhir bulan Ramadhan. Benar banyak hari sudah saya sia-siakan. Benar bahwa saya sering lupa bersyukur dengan semua yang saya miliki. Mestinya kan, setelah melakukan kesalahan ya sudah tidak mengulanginya lagi. 

Tapi memang begitulah adanya, berjalan di atas kebenaran selalu penuh tantangan. Semoga jalan ini pun benar jalannya. Itulah sebabnya kita selalu berdoa, Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 

Selamat jalan bulan Ramadhan, semoga dapat berjumpa lagi tahun depan.

Saturday, June 2, 2018

Ku tak bisa jauh... Jauh darimu...

22:26

Sudah lewat jam sepuluh malam. Saya masih berkutat dengan pekerjaan. Betapa beratnya pekerjaan apabila ternyata itu bukan panggilan hati dan passion yang tepat. Tapi apakah passion itu datang duluan? Apakah mungkin kita menemukan passion dulu baru memilih pekerjaan? Bukankah kesempatan dan peluang setiap orang itu berbeda-beda?

Jadi yang paling tepat tampaknya kita mencoba dulu berbagai hal di dunia ini, lalu mencari kira-kira pekerjaan apa yang dapat menjadi sumber penghidupan dan kita bisa berkontribusi banyak di situ. Pilihan kita yang pada akhirnya menentukan, tapi tahu darimana kalau pilihan kita ini sudah benar? Ya memang tidak ada yang tahu. Sama halnya seperti nanti setelah mati, apakah kita akan masuk surga atau neraka? Ya tidak ada yang tahu.

Kalau begitu hidup ini untuk apa? Apakah untuk coba-coba? Ya bisa jadi demikian. Coba aja dulu, nanti baru lihat hasilnya seperti apa. Hehehe. Tapi kan mestinya ada sistem supaya kita bisa setidaknya mengurangi resiko kegagalan. Memang betul, tapi sistem pun awalnya pasti coba-coba. Dan yang namanya sistem kadang cocok-cocokan dengan penggunanya.

Malam ini, saya percaya Tuhan ingin kita untuk mencoba dulu saja. Mencoba untuk berani, untuk tidak memikirkan bagaimana nanti. Mencoba untuk memulai, karena langkah pertama itu selalu yang paling sulit. Mencoba untuk mencoba lagi, tentunya dengan strategi yang berbeda, karena setiap masalah itu pasti ada solusinya. Yuk mari....

Friday, May 18, 2018

Bertemu Lagi dengan Bulan Ramadhan

Setiap tahun, bulan ini adalah bulan yang paling tepat untuk saya melakukan refleksi diri. Melihat kembali sudah sejauh mana saya berubah, apa saja hal-hal yang sudah saya lakukan dan juga saya berikan selama satu tahun terakhir.

Sejak Ramadhan tahun lalu, saya ingin bisa melunasi semua hutang-hutang saya. Apakah bisa? Yang satu ini tampaknya selalu gagal. Sudah bertahun-tahun goal yang satu ini bertengger di daftar prioritas tapi tidak pernah berhasil dicapai.  Penyebabnya, karena memang pengeluaran selalu lebih besar daripada pemasukan. Perlu sumber pemasukan lain supaya masalah satu ini teratasi. Setelah bertahun-tahun, belum ada satu pun solusi yang berhasil. Tapi ada banyak pembelajaran yang bisa saya ambil dari sini.

Pertama: Semua itu butuh modal. Apa pun usaha yang akan dirintis, semua butuh modal, baik itu uang, tenaga, waktu, pengetahuan, koneksi, pengalaman, dll. Tanpa modal tidak akan jadi usaha.

Kedua: Mulai saja. Langkah pertama selalu paling sulit, memulai itu tidak pernah mudah. Takut ini lah, takut itu lah, atau selalu merasa tidak siap. Setelah mulai, akan banyak peluang muncul, tapi itu berarti kesulitan akan terus bertambah. Kalau gampang mah, semua saja bikin usaha sendiri. Saat posisi di bawah, akan ada hal yang bikin kita terus di bawah dalam waktu lama, naik sedikit, terus turun lagi. 

Ketiga: Tidak boleh menyerah, walau gagal terus, ya tetep harus usaha terus. Itu satu-satunya cara. 

Keempat: Komitmen dan konsistensi. Ini menurut saya hal yang tersulit. Kita bisa bermimpi apa saja, tapi pada akhirnya tanpa komitmen dan konsistensi semua akan sia-sia.

Kelima: Saat semua usaha sudah dilakukan, maka berdoalah. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari.

Talk is easy, right? 

Setiap pagi saya bertanya, apa yang tetap membuat saya tetap bangun dari tidur?
Apakah bisa saya jadi lebih baik dari hari kemarin?
Apakah saya bisa menepati janji-janji saya? Rencana-rencana saya?

Tidak ada yang tahu kan? Apakah saya akan berhasil hari ini atau tidak? 

Jadi, mari kita selesaikan satu per satu. #MarhabanYaRamadhan