Wednesday, January 18, 2017

Malam Ketiga

Malam ini malam ketiga anakku demam. Demam karena flu tampaknya. Semoga bukan demam berdarah atau tipus. Sepulangnya aku dari tempat kerja, istriku bertanya, "Abah, ada uang buat beli obat demam?" Sayang di sakuku hanya tinggal 15 ribu saja. Terpaksa istriku cari pinjaman. Dapatlah 50 ribu. Berjalan kaki aku menuju apotek dekat rumah. Letak apoteknya di pinggir jalan utama.

Aku jadi teringat banyak hal, betapa hidup selalu berhasil memberi kita beribu-ribu kejutan. Setidaknya begitu yang kutahu. Dari mulai hampir drop out saat kuliah, ibu yang sering kambuh sakitnya, usaha bangkrut, pernikahan, hingga menyaksikan kelahiran dan kematian.

Awal tahun ini juga, akhirnya Bapakku menyerah. Rumah yang diusahakan untuk terus dipertahankan akhirnya dijual. Rumah pertama Bapak, dari 35 tahun yang lalu. Harga jualnya tidak sesuai pasaran tentu saja, tapi karena sudah tak sanggup lagi membayar utang akhirnya Bapak relakan. Bapak bilang, baru kali ini merasakan cobaan yang begitu berat. Di masa pensiunnya, Bapak tidak bisa bersantai, malah dililit persoalan-persoalan yang konyolnya aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelesaikannya.

Jumat besok Bapak akan pindah ke rumah kontrakan. Aku baru saja dapat kabar alamat kontrakannya. Sembari membeli obat, rasanya sedih tak tertahankan. Coba aku punya rumah sendiri. Pasti aku bisa bantu orangtuaku.

Dan saat keluar apotek, aku melihat di seberang jalan, seorang ibu beserta 4 anak-anaknya sedang duduk-duduk di pinggir jalan. Satu anak ia gendong memakai kain, di sampingnya ada gerobak kecil kosong, tampaknya ia gunakan untuk mengangkut anak-anaknya dan sekaligus jadi rumah mereka.

Orang-orang disana berlaku seperti aku, hanya melewati mereka tanpa ada yang berusaha membantu. Aku jadi ingat, sebelumnya rasanya aku pun pernah melihat ibu itu beserta anak-anak dan gerobaknya.

Dan aku jadi mengerti, bahwa boleh jadi aku kurang bersyukur. Kurang menghargai waktuku, kurang memberikan usaha terbaikku, kurang memperhatikan orang-orang disekitarku. Kurang menerima keadaanku dan keluarga. Apalah gunanya kesehatanku, ilmuku, jiwaku, jika aku tidak mensyukurinya?

Tapi memang itu masalahnya bukan? Aku sering kali tidak sadar, kalau aku tidak bersyukur.

Saat masuk gang dekat rumah, aku melihat seekor kucing tengah duduk menatap jalan gang tersebut. Entah apa yang ada dipikirannya.

Aku rasa ia ingin menasehatiku, hiduplah seperti kucing, tidak pernah khawatir, hari ini atau besok bisa makan atau tidak. Hidup jalan terus. Karena urusan hidup sudah ada yang mengatur.

Sesampainya di rumah, aku ajak anakku bermain, kupeluk erat dirinya, maafkan bapakmu ini, semoga engkau lekas sembuh.

Saturday, December 24, 2016

Apa Guna Keluh Kesah

Apa guna keluh kesah
Apa guna keluh kesah
Pramuka tak pernah bersusah
Apa guna keluh kesah

Sebuah lirik lagu sederhana yang selalu saya ingat ketika melihat adik-adik saya sedang menghadapi kesulitan.

Sungguh jadi sedih karena jika dirunut ke belakang, ulah kitalah orang-orang dewasa, yang membuat mereka menanggung banyak kesulitan.

Kita bisa melihat seiring bertambahnya usia bumi, mengapa kondisi alam dan isinya malah semakin memburuk?

Mengapa begitu sulit mengesampingkan perbedaan suku, agama, ras, kemudian duduk bersama membicarakan persamaan-persamaan kita, mencoba mencari solusi untuk menjadikan dunia yang lebih baik?

Apakah ini yang ingin kita wariskan kepada anak cucu kita?

Aneh sekali kelakuan kita manusia, yang malah sibuk saling menyakiti satu sama lain, bukannya bekerja sama memimpin bumi agar damai dan sejahtera.

Tampaknya betul kata Baden Powell, segala permasalahan di muka bumi ini adalah akibat dari keegoisan manusia.

Tapi mohon maaf, saya sendiri pun tidak memberikan contoh yang baik. Entah berapa banyak kesalahan yang sudah saya lakukan. Juga banyak perkataan yang telah membuat sakit hati. Utang-utang. Sering terlambat. Tindakan-tindakan yang merusak keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Dan yang akan jadi korban tentu orang-orang terdekat dan para generasi penerus.

Lalu apa solusinya? Bisakah kita kembali ke titik awal? Memulai perubahan untuk memperbaiki keadaan?

Baden Powell merumuskan solusinya dengan sangat ringkas: Setiap hari berbuat kebaikan.

Cukup satu kali saja. Berbuat kebaikan apa pun bentuknya. Setiap hari. Kondisi dan situasi boleh jadi menyudutkan kita, membuat kita ingin menyerah saja, tapi bukankah sudah jadi fitrahnya manusia ingin berbuat kebaikan? Jadi ingatlah untuk selalu berbuat kebaikan. Niatkan untuk beribadah, bukan untuk mendapatkan pujian atau imbalan. Maka sifat egois, mementingkan diri pribadi/golongan akan hilang.

Janganlah menunda-nunda, bukankah kita diajarkan agar berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan?

Karena cukup satu kebaikan saja, asalkan dilakukan setiap hari, maka dunia akan jadi lebih baik. Nah, kebaikan apa yang sudah kau lakukan hari ini?

#cintaalamdankasihsayangsesamamanusia

Friday, October 21, 2016

Deep Web


Dunia internet memang ajaib. Ketika semua serba open source dan privasi jadi prioritas, muncullah TOR project. Sebuah proyek nirlaba yang mengkhususkan diri untuk menciptakan jaringan yang bebas dan menjaga privasi para penggunanya. Berintikan browser firefox, TOR browser menjadi salah satu sarana untuk menjelajah deep web dan dark web. Tempat-tempat terdalam dan gelap yang tidak terindeks oleh mesin pencari Google.

Analoginya itu seperti gunung es. Website-website yang bisa kita akses lewat browser biasa seperti chrome, firefox, internet explorer, dll adalah surface web, puncak gunung es yang tampak di atas permukaan laut, karena website-website tersebut berupa tautan yang bisa kita klik/kunjungi kapan saja selama ada akses internet dan browser. Sisanya, bagian terbesar gunung es yang ada di bawah permukaan laut, adalah deep web. Isinya merupakan penopang surface web, yang berupa database, password, informasi keuangan, dan sebagainya. Sementara dark web adalah bagian kecil dari deep web yang berisikan hal-hal illegal, dari mulai pembajakan, narkotika, hingga penjualan senjata.

Saat mencoba tor browser, terlihat keren sekali terutama karena bisa mengubah ip address dan membuat kita seolah-olah berada di negara lain.

Lalu kemudian muncullah bitcoin. Dengan munculnya bitcoin—mata uang digital, transaksi keuangan sekarang bisa dilakukan secara anonim. Ia bahkan memiliki pasar keuangan (trading) tersendiri. Ada dua sisi yang menarik. Dengan adanya bitcoin transaksi keuangan di dunia maya jadi sangat aman dan praktis. Dan secara konsep sangat revolusioner karena menghilangkan banyak biaya dibandingkan dengan apabila kita bertransaksi menggunakan kartu kredit atau kartu debit. Namun sisi yang lainnya, bitcoin sangat rentan digunakan untuk transaksi illegal. Karena semua transaksi berlangsung anonim dan terenkripsi dengan canggih.

Kemajuan teknologi tampaknya akan semakin bergerak eksponensial. Tidak mungkin kita hindari. Saat ini kita dalam posisi semakin bergantung terhadap internet. Kini kita berbagi banyak hal, bertransaksi jual-beli, meng-upload foto, dokumen, semua lewat internet. Semua itu sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Tak lama lagi kita akan membutuhkan internet seperti kita membutuhkan listrik.

Oleh karena itu sudah saatnya pendidikan berinternet dengan aman masuk ke dalam kurikulum sekolah-sekolah. Ada beberapa kata kunci yang penting yang menjadi perhatian: tanpa batas, semua terkoneksi, tidak aman, dan terus berkembang.

Hal pertama yang perlu dilakukan, cobalah hal berikut: Googling nama sendiri. Jika muncul data-data sensitif seperti alamat rumah, nomer telepon, nomer identitas, atau nomer rekening. Hal tersebut adalah pertanda. Betapa tidak amannya kita, karena kealpaan kita sendiri dalam berinternet.

Sumber:
Deep web: https://brightplanet.com/2014/03/clearing-confusion-deep-web-vs-dark-web/
Bitcoin: https://bitcoin.org/en/faq
Tor project: https://www.torproject.org

Saturday, October 15, 2016

Bermimpi

Pernahkah kau memimpikan hal yang sama terus-menerus?

Membuatmu penasaran sekaligus khawatir?

Apakah ada sesuatu terjadi pada alam bawah sadar kita?

Apakah terjadi sesuatu pada diri kita atau orang lain?

Bagaimana jika yang kita mimpikan berulang-ulang itu mimpi yang menyeramkan? Seperti didatangi wujud yang sama berulang, atau jatuh berulang, atau mati berulang.

Menurut berbagai keterangan, hal tersebut bisa jadi pertanda sesuatu. Secara metafisik kekhawatiran kita dapat mengundang hal-hal buruk menghampiri kita.

Mengenali pertanda, adalah hal yang termasuk bawaan dari otak manusia. Rasa takut dan cemas lambat laun menjadi stress yang kemudian membangkitkan alam bawah sadar kita dalam bentuk yang berbeda-beda. Salah satunya lewat mimpi. Salah lainnya lewat ketidakstabilan emosi.

Bahkan pada beberapa kasus mimpi itu sangat detail dan nyata, hingga perlu waktu ketika kita terbangun, apakah ini dunia mimpi atau nyata?

Mengenali pertanda bukan untuk menambah kecemasan, namun lebih untuk dijadikan kewaspadaan. Banyak pula cerita terkait arti mimpi. Para Nabi pun mengalaminya. Tafsir mimpi kini memang tidak begitu populer. Namun, banyak kisah diceritakan mengenai mimpi-mimpi tersebut. Seperti kalau mimpi ada teman yang meninggal maka teman tersebut akan panjang umur. Jika mimpi menikah maka akan terjadi jika musibah, dan lain sebagainya.

Saya selalu tertarik pada cerita orang-orang yang pernah bermimpi kemudian menjadi kenyataan. Baik itu mimpi buruk ataupun mimpi baik. Seperti kisah Nabi Yusuf a.s. yang menafsirkan mimpi Raja Qithfir.

Sang Raja bermimpi bahwasannya dia melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk di makan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan dilihatnya pula tujuh butir gandum yang hijau dan tujuh butir lainnya yang kering.

Nabi Yusuf a.s. menguraikan mimpi Raja: “Negara akan menghadapi masa makmur, subur selama tujuh tahun, di mana tumbuh-tumbuhan dan semua tanaman gandum, padi dan sayur-mayur akan mengalami masa panen yang baik yang membawa hasil makanan berlimpah-ruah."

“Kemudian masuk musim kemarau selama tujuh tahun berikutnya di mana Sungai Nil tidak memberi air yang cukup bagi ladang yang kering, tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama sedang persediaan bahan makanan, hasil panen selama masa subur sudah habis di makan.” Akan tetapi, Nabi Yusuf a.s. melanjutkan keterangannya, setelah mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan tibalah tahun basah di mana hujan akan turun dengan lebatnya menyirami tanah yang kering dan kembali menghijau menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang lezat."

Maka jika tafsiran ini menjadi kenyataan, Nabi Yusuf a.s. berkata: “Seharusnya kamu menyimpan baik-baik apa dihasilkan dalam tahun-tahun subur serta berhemat dalam pemakaiannya untuk persiapan menghadapi masa kering, agar supaya rakyat terhindar daripada bencana kelaparan dan kesengsaraan.”

Tafsir yang akurat dari Nabi Yusuf a.s. menyelamatkan kerajaan kala itu.

Dalam sains modern, mimpi masih menjadi misteri yang belum terungkap. Sebuah penelitian memperlihatkan cara kerja otak kita melihat visual mimpi, persis sama dengan cara otak kita melihat di kehidupan nyata. Bahkan kini mengendalikan mimpi jadi trend yang banyak tutorialnya. Kita bisa mengatur mau mimpi apa hingga bisa melihat diri kita sendiri yang tengah tertidur.

Apa alasan sesungguhnya kita bermimpi tampaknya akan terus menjadi misteri. Pengalaman saya pribadi kadang mimpi hal yang sama dan berulang, hingga membuat prasangka sesuatu akan terjadi. Namun sisanya hanyalah bunga mimpi yang kadang indah dan kadang tidak.

Pada akhirnya yang terpenting adalah kualitas tidur itu sendiri. Selamat beristirahat, semoga mimpi indah, dan jangan lupa berdoa.

Saturday, October 1, 2016

Belahan Jiwa (2)

"Kenapa abah mau nikah sama Ambu?" Sebuah pertanyaan yang diajukan istriku lima tahun yang lalu yang sampai saat ini masih belum bisa saya jawab dengan betul. Tidak cantik, lebih tua, dan tidak-tidak yang lainnya, jadi alasan istriku bertanya.

Walaupun saya banyak mempunyai tidak-tidak yang sama, tidak ganteng, lebih muda, dan tidak-tidak yang lainnya. Pertanyaan yang serupa pun muncul, kenapa istriku mau menikah denganku?

Lima tahun menikah dan saya masih tidak tahu. Mungkin memang tidak akan pernah bisa saya jawab. Tapi seperti limit dalam matematika, hal tersebut bisa didekati.

Dapatkah saya mendefinisikan cinta?

Dengan limit, artinya kita harus melakukan pendekatan dari kanan dan kiri, jika ia bisa didekati dari kanan dan kiri, serta jika ia memiliki hasil yang sama, maka limit tersebut artinya ada.

Dengan cinta pun demikian, dari segala perbedaan, pasti ada persamaan-persamaan. Dan yang menarik adalah persamaan-persamaan ini muncul seiring waktu. Bisa dalam bentuk hal yang memang sama persis, atau hal-hal lain yang diterima apa adanya oleh keduanya.

Mungkin sewaktu awal, yang dilihat adalah yang indah-indahnya saja. Karena memang begitulah adanya. Tapi waktu selalu menyadarkan kita, bahwa tidak mungkin indah terus. Akan ada masa sakit, sakit pinggang terutama, kemudian muncul uban dan keriput, juga tangisan ditinggalkan keluarga terdekat.

Konflik pasti akan selalu muncul, dari mulai cucian, makanan, berita tv, hingga urusan anak.

Saya ingat sebelum menikah, uwa almarhum (kakak dari ayah saya) membuat hitung-hitungan berdasarkan nama dan tanggal lahir saya dan istri. Hasilnya keluarga kami insya Allah harmonis, tapi hati-hati akan sering besar pasak daripada tiang, katanya. Saya mengangguk-angguk, menghormati kebijaksanaan beliau. Dan benar, sampai saat ini selalu ada kejadian di keluarga yang membuat keuangan jadi besar pasak daripada tiang.

Toh saya dan istri tidak pernah ragu. Walau ia sering juga khawatir, selain masalah keuangan, juga karena saya seperti jadi bujangan lagi kalau meninggalkan rumah. Senang melihat yang ayu-ayu.

Dari mulai lamaran, hingga kini punya anak, kami tidak ragu. Semua perbedaan serta konflik selalu bisa dibicarakan. Istriku kadang juga menangis, kesal dengan saya. Gak ngerti-ngerti aja, katanya. Saya pun sering kesal dengan diri saya sendiri. Memang kerap terjadi saya gagal paham akan perasaan istri sendiri.

Jadi cinta bagi saya memang sulit untuk didefinisikan. Istriku mungkin melihat sosok pemimpin pada diri saya. Sementara saya melihat, sosok wanita perkasa, yang tangguh, dan 'hot', yang akan jadi seorang istri sekaligus ibu yang baik.

Untuk saya cinta adalah kompromi. Kompromi antara harapan dan kenyataan. Saat harapan mendekati satu titik yang sama dari kanan, dan kenyataan mendekatinya dari kiri. Titik yang sama yang dilihat saya dan istri.

Titik-titik tersebut muncul sepanjang perjalanan hidup.

Saya menikahi Ambu, karena saya ingin melihat titik-titik kehidupan bersama Ambu saja.

Saturday, September 24, 2016

Belahan Jiwa

Hari Senin tanggal 19 hingga Kamis tanggal 29 September, istri saya berangkat ke Bogor bertugas untuk PON, ditugaskan untuk jadi announcer cabang olahraga atletik. Artinya 11 hari saya mesti full bersama putra saya, yang baru berusia dua tahun, 24 jam penuh.

Hari ini persis 6 hari, saya bersama putra saya bekerja sama, berusaha lebih memahami satu sama lain, dan saling mengisi kekosongan tokoh ibu sekaligus istri.

Bersyukur saya bekerja di tempat yang mengijinkan saya membawa putra saya. Tentunya dengan segala pertimbangannya.

Hari Senin, jadi hari paling seru. Tampak berat istriku meninggalkan putranya bersama saya yang seringkali kurang perhatian. Lebih fokus pada yang lain seperti gawai, dibanding dengan anaknya sendiri. Ia jadi sangat khawatir, gimana nanti makannya? Gimana kalau sakit? Gimana nanti tidurnya? Dan seterusnya.

Jadi panik, karena mestinya ia baru berangkat hari Kamis/Jumat bukan Senin. Rencana persiapan pun jadi berantakan.

Ditambah adikku yang bisa bantu, sakit, juga karena PON. Mengurus pembukaannya.

Alhasil dengan nekat saya bawa putra saya ke sekolah. Jalan kaki, naik turun angkot, jalan lewat jembatan penyeberangan, hingga akhirnya tiba di sekolah.

Sejak pamit dengan ibunya, putraku terus menempel seperti perangko. Di tinggal sebentar langsung mencari. Tapi ajaib, siang hari ia bisa tidur, malam juga bisa. Tanpa rewel berlebihan. Padahal biasanya harus dengan air susu ibunya.

Rasa syukur, terus hadir. Bantuan dari sesama kakak, teman-teman di kelas, kakek dan tantenya, meringankan sangat beban ini.

Saya tahu tugas ibu itu berat. Sekarang saya bisa memahami, bagaimana rasanya mengurus anak sendiri, sekaligus mencari nafkah sendiri.

Baru 6 hari, saya sudah mulai flu. Kondisi cuaca juga kurang mendukung. Setiap sore, pulang sekolah, naik angkot menuju stasiun kereta api, sering diiringi hujan deras. Walau sudah bawa jas hujan, tetap saja basah dan lelah, adalah kombinasi yang selalu berhasil membuat flu.

Masih sisa lima hari lagi. Saya masih bisa menghitung sisa hari. Bagaimana dengan mereka yang belahan jiwanya sudah tidak ada? Apa yang di hitung?

Untuk para single parent, ini memang berat, dan efeknya akan selalu muncul pada diri anak. Jangan pernah malu untuk meminta bantuan. Semoga Tuhan selalu melindungi.

Saturday, September 10, 2016

Membalikkan Waktu

Saya sangat tertarik dengan teori time travel, menjelajah waktu, bahwa kita bisa kembali ke masa lalu melalui lubang cacing, bahwa alam semesta itu tidak satu, tapi multiverse. Sangat menakjubkan apabila kita dapat kembali ke masa lalu. Kemudian teori big bang, penciptaan alam semesta, betapa kita hanyalah setitik debu di dalam penciptaan tersebut. Lalu berbagai teori tentang bumi dan manusia, yang tak kalah menakjubkannya.

Begitu banyak misteri, namun begitu sedikit waktu yang dimiliki. Lucunya saat beranjak dewasa, ketertarikan itu sedikit demi sedikit memudar, satu per satu penyesalan datang, karena ternyata kehidupan orang dewasa begitu berbeda dengan bayangan saat masih sekolah dulu.

Buat apa sekolah? Jika ternyata hanya untuk jadi pekerja yang tidak sesuai dengan panggilan jiwanya. Hilanglah keseimbangan antara mind, body, and soul. Setiap hari melakukan aktivitas yang sama yang menjemukan hingga akhirnya segala kemampuan dan kreativitas terpendam dalam-dalam.
Buat apa sekolah? Sekolah hanya jadi tempat menciptakan robot-robot penurut, manusia pekerja, yang bekerja tidak sesuai dengan kemampuan dan passionnya. Manusia penakut, yang dinilai berdasarkan hasil akhir, yang penting dapat nilai bagus tak peduli itu hasil mencontek/menyuap.
Buat apa sekolah? Karena manusia pekerja tidak membutuhkan banyak kreativitas, semua sudah ada SOP-nya, cukup ikuti standar baku yang ada, persis seperti robot. Dan perusahaan akan mendapatkan hasil standar.

Kita butuh mesin waktu, untuk memperbaiki carut-marut pendidikan di negara Indonesia ini. Begitu banyak salah kaprah menyedihkan, yang semestinya bisa diperbaiki dari saat menginjak bangku sekolah.

Setiap anak adalah makhluk unik yang memiliki kemampuan dan passion yang berbeda-beda. Tugas sekolah semestinya menggali itu dan memolesnya hingga seorang anak dapat memaksimalkan dirinya.

Tidak ada sistem pendidikan yang sempurna, tapi kita dapat terus mendekati kesempurnaan itu.
Pengalaman saya di dalam dunia kepramukaan, sejak tahun 1995 hingga sekarang, memperlihatkan permasalahan yang dihadapi anak-anak pada umumnya sama. Tetapi tantangan anak-anak sekarang lebih berat, dan akan semakin berat.

Tantangan utama adalah semakin tipisnya batas-batas informasi di seluruh dunia. Semua begitu terhubung, hingga bahkan anak TK pun sudah mengerti internet. Dulu kasus pornografi dimulai kebanyakan masa SMA, saat ini anak SD pun sudah mulai paham.

Kondisi saat ini membuat anak-anak begitu tertekan dengan banyaknya berita-berita negatif, bagaimana jadinya kalau seorang anak bercita-cita ingin jadi seorang koruptor?

Tidak mungkin kita menutup gencarnya informasi yang datang tersebut. Barangkali di rumah dapat dikendalikan, tetapi siapa yang dapat mengendalikan ketika jauh dari orang tua atau gurunya. Karenanya suatu sistem pendidikan yang menyeluruh harus dibuat agar anak memiliki pemahaman yang dapat menjadi benteng bagi dirinya sendiri dari hal-hal negatif.

Tantangan berikutnya adalah sulitnya orang tua untuk memberi waktu yang cukup untuk anak-anaknya. Orang tua yang berharap hanya pada sekolah untuk membuat anak mereka menjadi anak yang baik budi dan pendidikannya tidak menyadari bahwa pendidikan berawal dari rumah. Peran serta orang tua sangat penting terutama dalam pembentukan karakter anak. Disiplin diri, mandiri, etika, dan kejujuran. Orang tua harus menyadari bahwa sekolah tidak mungkin melakukan semuanya.

Solusi itu dekat.

Walaupun mesin waktu itu belum ada, kita dapat memulai dari hal kecil untuk mempersiapkan anak-anak kita.

Tiga kemampuan dasar yang mutlak harus dikuasai anak agar dapat memaksimalkan potensi dirinya adalah, kemampuan untuk memotivasi diri, sabar, dan bekerja sama dengan orang lain.

Dari sejak dini, tiga hal tersebut bisa diajarkan dengan cara-cara sederhana. Banyak cara untuk melatih anak memiliki kemampuan tersebut. Berikut lima cara yang mudah:

Pertama, ajarkan anak untuk berdoa. Beri pemahaman, tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan. Dengan berdoa, anak belajar bahwa tugas manusia adalah beribadah kepada Tuhan. Dan pada akhirnya kita semua akan kembali kepada-Nya. Dengan memahami esensi berdoa anak tidak akan pernah putus asa, akan selalu mampu memotivasi dirinya.

Kedua, ajarkan anak untuk antri. Dibandingkan pintar matematika, pintar antri itu jauh lebih penting. Dengan budaya antri, anak akan menghargai waktu, juga menghargai orang lain yang tiba lebih dulu.

Ketiga, ajarkan anak untuk membersihkan kamar dan mainannya sendiri. Dengan cara ini anak belajar menghargai diri sendiri sebelum menghargai orang lain. Serta belajar mengorganisir barang-barang miliknya.

Keempat, ajarkan anak untuk menabung. Dengan menabung anak akan lebih mudah memahami pentingnya sabar dan uang.

Dan kelima, ajarkan anak untuk bermain dengan teman-temannya. Bermain bersama teman memaksa anak untuk bekerja sama, bertoleransi, juga mengasah kemampuan memimpin.

Dengan konsisten maka kemampuan dasar anak akan tertanam kuat. 

Berikutnya adalah membangun kemampuan memecahkan masalah. Hal ini bisa mudah dilakukan dengan melatih kemampuan membaca, berbahasa, dan sedikit kemampuan matematis. Setiap masalah pasti ada solusinya. Sekolah diharapkan bisa menjadi rumah belajar bagi setiap anak di Indonesia. Tempat dimana anak berlomba-lomba mencari tahu lebih banyak, memoles dirinya, dan berteman, bukannya tempat yang menakutkan dengan segala macam ujian dan pekerjaan rumahnya.

Yang terakhir, sebagus apapun anak saat sekolah jika anak itu tidak memiliki mental yang tangguh, pasti akan hilang tenggelam dalam keramaian. Pengalaman pribadi dan teman-teman memperlihatkan, sungguh jauh berbeda dunia orang dewasa dengan dunia sekolah. Banyak hal yang tidak diajarkan di sekolah. Ini menjadikan sebuah pertanyaan penting, seperti yang disampaikan di awal tulisan ini, “Buat apa sekolah?”

Karenanya kemampuan akamedis saja tidak cukup. Tidak ada yang dapat meramal masa depan. Tapi kita selalu dapat merencanakannya. Dengan berbekal kemampuan entrepreneur setiap anak akan mampu merencanakan masa depannya sendiri.
Sudah saatnya bangsa ini menjadi yang terdepan di kawasan regional maupun global. Cara terbaik untuk itu adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan. Adalah dosa besar, apabila kita biarkan generasi penerus bangsa terpuruk, dan kalah bersaing dengan warga negara asing.

Sebagai penutup, guru saya pernah berkata, “Kita ini bukan superman. Tidak bisa segelintir orang menyelamatkan semua anak-anak. Tapi jika semua pihak bisa bekerja sama. Satu visi menyelamatkan semua anak-anak. Itu mungkin terwujud.”