Monday, December 25, 2023

Online Library

Kapan terakhir kali kamu mengunjungi perpustakaan?

Saya pribadi terakhir ke perpustakaan umum seingat saya itu sebelum pandemi Covid-19, berarti di tahun 2019. Berarti sudah 4 tahun lamanya tidak mengunjungi perpustakaan umum. Sebetulnya kalau di Kota Bandung, perpustakaan umum (perpustakaan daerah) itu biasa saja, tidak wah, tidak seperti di luar negeri :). Jadi saya lebih memilih mengunjungi perpustakaan universitas. Seperti ke Perpustakaan ITB.

Tapi selalu senang bisa mengunjungi perpustakaan, sebagai yang harus menabung lama kalau ingin bisa baca sesuatu, perpustakaan itu surga dunia :). Walaupun penyakitnya, baca bukunya sering kali tidak pernah sampai tamat. Sungguh nikmat rasanya membalik halaman, mencium warna kertas, dan membaca hasil karya buah pikiran orang lain.

Lalu kenapa gak pernah lagi ke perpustakaan umum? Karena saat pandemi datang, saya menemukan perpustakaan-perpustakaan online, yang ternayta isinya sangat luar biasa. Entah berapa banyak buku yang sudah saya download. Meskipun penyakitnya tetap sama, sering kali tidak pernah sampai tamat membacanya :). Hayoh we download... wkwkwkwkwk.

Berikut beberapa website/aplikasi yang jadi teman setia saya melewati pandemi.


Yang pertama, ada Archive.org sempat kena kasus hampir di shutdown, tapi berhasil menang. Isinya sangat lengkap dari mulai arsip website, video, audio, dan tentunya berbagai buku dan artikel. Khusus untuk buku terdapat banyak pilihan yang bisa diakses, seperti Open Library, Project Gutenberg, dll.

Semua buku klasik bisa ditemukan di sini. Sungguh hal yang mustahil saya temui di zaman pra-internet dulu.

Kemudian, aplikasi-aplikasi bookstore juga sangat membantu. Ada dua yang selalu saya pakai, yang pertama ada Google Books dan yang kedua ada Kindle dari Amazon. Untuk mobile app-nya bisa download di Google Play Store dan App Store.


Nah, untuk website/aplikasi lokal, ada dari Perpustakaan Nasional


Meskipun websitenya membingungkan, tapi lumayan bisa cari referensi dan buku-buku yang sudah di digitalisasi. Aplikasinya semakin baik, ada iPusnas dan yang terbaru ada dari Kemdikbud.



Tapi, kalau ingin buku-buku referensi terbaru, ada satu lagi sumber sebetulnya. Meskipun tidak disarankan, karena cukup banyak yang hasil bajakan. Website yang dibuat karena banyak jurnal-jurnal ilmiah yang mestinya bisa diakses mudah, malah dihalangi oleh paywall dan mahal untuk bisa diakses khalayak umum. Misinya: freedom of knowledge. Ya, ini adalah Z-Library


Untuk mendukung Z-Library tetap ada, bisa dengan menandatangani petisi di Change.org.

Dengan semua serba digital, kadang saya jadi bertanya-tanya, bagaimana ya nanti di masa depan? Karena sebetulnya bentuk fisik seperti kertas itu tetap lebih tahan lama kalau menurut saya. Kita bisa membaca kitab-kitab kuno, lalu surat-surat antar ilmuwan, dan arsip-arsip berbagai berita. Apakah yang akan terjadi jika misalkan saya meninggal dunia, atau terjadi bencana besar, lalu semua blog ini, semua chat dan email, apakah akan tetap bisa dibaca oleh orang-orang di masa depan? Tampaknya akan sulit, kecuali sudah sengaja diset untuk bisa diakses oleh publik. Tidak akan ada lagi ceritanya, kita menemukan surat-menyurat seperti dalam kisah R.A. Kartini kepada Stella Zeehandelaar, atau surat-surat yang dibuat oleh Albert Einstein. 

Zaman memang semakin canggih dan modern. Tapi untuk saya pribadi, mencatat dan menulis di kertas, tetap yang terbaik.


No comments:

Post a Comment